JAKARTA, iNews.id – Sosok Ema Suranta, perempuan asal Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat tak menyangka hidupnya berubah dari tumpukan sampah.
Berbekal kepeduliannya terhadap lingkungan, Ema kini bisa mendulang rupiah dari sampah yang dikelolanya. Ema bahkan menyabet penghargaan Local Ace in Organic Waste Transformation.

Baca Juga
Ubah Sampah Jadi Rupiah: MLH PP Muhammadiyah Siap Buat 1.000 Mesin Tampung Botol Plastik
Ema menuturkan, ketertarikannya terhadap sampah berawal dari dari tragedi memilukan pada tahun 2005. Saat itu, Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Leuwigajah meledak akibat penumpukan gas metana dan curah hujan tinggi.
Sampah setinggi 60 meter longsor, menimbun ratusan rumah, dan merenggut 157 nyawa. Lokasi kejadian hanya sekitar 20 km dari rumah Ema.

Baca Juga
Viral Anggota Ormas di Bekasi Ngamuk hingga Tumpahkan Sampah di Kantor Dinkes
Peristiwa TPA Leuwigajah tercatat sebagai tragedi lingkungan memilukan nomor dua di dunia setelah musbah longsor sampah di TPA Payatas, Quezon City, Filipina pada 10 Juli 2000 dengan korban meninggal lebih dari 200 orang. Pemerintah pun menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Lalu, pemerintah membangun TPA Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, untuk menggantikan peran eks TPA Leuwigajah yang ditutup. Tempat pengolahan limbah seluas 21,5 hektare itu mulai beroperasi pada 2006.

Baca Juga
Pemerintah bakal Bentuk Satgas untuk Cari Solusi Penumpukan Sampah
Namun, musibah datang lagi. Pada Agustus 2023, TPA Sarimukti mengalami kebakaran sehingga harus ditutup sementara. Penduduk kesulitan membuang limbah rumah tangga. Sampah menggunung di mana-mana. Bandung Lautan Sampah begitu orang-orang bilang saat itu.
“Sekarang ini, di tahun 2025, wajah TPA Sarimukti tidak jauh berbeda dengan kondisi TPA Leuwigajah ketika masih beroperasi. Sampah menggunung karena daya tampung tidak sebanding dengan limbah yang harus diterima. Overload kalau menggunakan istilah gampang,” tutur dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/6/2025).
Peristiwa tersebut begitu membekas dan mengubah cara pandang Ema terhadap sampah. Sejak itu, dia bertekad melakukan sesuatu agar kejadian seperti itu tak terulang lagi. Butuh waktu, dukungan warga, dan keberanian, tapi langkah kecil Ema di 2019 membentuk bank sampah akhirnya menjadi gerakan besar yang berdampak nyata.
Bentuk Bank Sampah
Hari ini, bank sampah Bukit Berlian yang dia dirikan pada 14 Februari 2019 telah memiliki 120 keluarga sebagai anggota. Komunitas itu terdiri atas emak-emak yang tinggal di wilayah Rukun Warga (RW) tempat Ema tinggal. Dari sinilah, awal mula sampah di lingkungan mereka dipilah-pilah.
Editor: Kastolani Marzuki