Realisasi nilai pra penjualan (marketing sales) sejumlah emiten pengembang properti telah melampaui target.
Insentif PPN DTP Pacu Pemulihan Properti, Deretan Emiten Ini Bakal Untung (Foto:dok Freepik)
IDXChannel - Sektor properti tanah air menunjukkan tanda pemulihan di tengah dukungan berbagai kebijakan pemerintah dan stabilitas suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Berdasarkan data IDX Channel, realisasi nilai pra penjualan (marketing sales) sejumlah emiten pengembang properti telah melampaui target.
Setidaknya 5 pengembang besar membukukan nilai pra penjualan cukup beragam pada 2024, seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) senilai Rp9,72 triliun, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencapai Rp11,02 triliun, hingga PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencapai Rp4,36 triliun.
Kemudian PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) senilai Rp1,55 triliun, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) Rp3,16 triliun, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) Rp6,01 triliun, dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) Rp2,11 triliun.
Menurut CGSI Research bertajuk Property Development, rata-rata tingkat pertumbuhan (CAGR) sektor properti periode 2021-2024 mencapai 7 persen.
Sejak 2021, pertumbuhan sektor ni didorong oleh tiga faktor utama seperti stabilitas suku bunga KPR sejak Februari 2021, pelonggaran kebijakan KPR, dan ekspansi proyek pengembang.
Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk properti residensial juga dinilai berperan besar dalam meningkatkan daya beli masyarakat.
“Harga properti sekunder untuk proyek-proyek pengembang besar juga meningkat rata-rata 14 persen year-on-year (yoy) pada Desember 2024, mencerminkan peningkatan sektor secara bertahap setelah mencapai titik terendahnya pada tahun 2018,” tulis Analis CGSI Sekuritas, Baruna Arkasatyo, dan Joanne Ong, dikutip Senin (17/2/2025).
Pemulihan sektor properti masih akan berlanjut
Kebijakan pemerintah memperpanjang insentif PPN DTP hingga Desember 2025, diharapkan semakin memperkuat tren positif ini.
Kendati pasar KPR cukup kompetitif, peluang permintaan properti dinilai melebihi pasokan yang ada, dengan 9,9 juta backlog perumahan pada 2023 di tengah sentimen program 3 juta rumah.
“Kami percaya pendorong positif untuk peningkatan pra penjualan dan pemulihan sektor ini akan terus berlanjut pada 2025, juga karena insentif PPN yang diperpanjang untuk penjualan properti residensial, dan relaksasi pinjaman KPR di bawah Peraturan Bank Indonesia No 23/2/PBI/2021,” tutur Baruna.
CGSI Sekuritas masih menyematkan rating Overweight terhadap sektor ini, dengan valuasi di kisaran 7,5 kali forward price to earnings (P/E) 2 tahun. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 9,0 kali forward P/E 2 tahun pada awal 2024, ketika tingkat suku bunga global dan domestik lebih tinggi.
“Kami tetap mempertahankan Overweight pada sektor ini, karena kami pikir investor telah memperhitungkan kenaikan yield obligasi Indonesia dan capital outflow sejak Trump memenangkan pemilihan presiden AS pada Nov 24,” kata riset tersebut.
Emiten properti pilihan yang berpotensi cuan
Di antara empat pengembang besar, BSDE dan PWON, menurut estimasi CGSI Sekuritas, menjadi emiten pilihan.
Analis mengharapkan langkah BSDE dalam mengakuisisi PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) dapat memberikan kontribusi 4 persen terhadap pra penjualan di 2025.
Akan tetapi, analis memperkirakan pra penjualan BSDE relatif flat di 2025, dengan overhang yang berasal dari penjualan kavling tanah JV. Target harga saham BSDE berada di level Rp845 per saham.
“Kami melakukan downgrade BSDE dari Add menjadi Hold karena ekspektasi kami terhadap EPS turun 9 persen yoy di FY25F dan 19 persen yoy di FY26F dari basis yang tinggi di FY24 dan serah terima yang lebih sedikit,” ujar Baruna
Sementara PWON diperkirakan akan mencatatkan kenaikan pra penjualan sebesar 6 persen pada 2025, dengan earnings per share (EPS) sebesar 10 persen.
Target harga saham PWON ditetapkan senilai Rp475 per saham.
“Kami memperkirakan bahwa PWON dapat melipatgandakan pra penjualan dari Rp2.1 triliun pada FY24F menjadi Rp4,3 triliun pada FY29F,” katanya.
(DESI ANGRIANI)