Saham Teknologi DCII-ELIT Cs Berjaya saat IHSG Tertekan

1 month ago 68

Morgan Stanley menurunkan peringkat MSCI Indonesia ke underweight, menyoroti tekanan ekonomi dan pelemahan ROE, di tengah depresiasi IHSG dan rupiah.

 Freepik)

Saham Teknologi DCII-ELIT Cs Berjaya saat IHSG Tertekan. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten teknologi meningkat tajam hingga penutupan sesi I, Rabu (26/2/2025), di tengah kembali melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, indeks teknologi (IDXTECHNO) memimpin sektoral, melesat 7,12 persen, memperpanjang tren kenaikan belakangan ini.

Kenaikan sektor tech terjadi seiring kenaikan signifikan beberapa nama. Sebagai contoh, saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang kembali melonjak selepas pembukaan suspensi seiring kabar bahwa perusahaan data center milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim ini tengah mempertimbangkan stock split.

Hingga jeda siang, saham DCII melejit 19,99 persen atau menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 20 persen ke level rekor Rp116.125 per saham.

Selain DCII, saham PT Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT) meningkat 10,81 persen, PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH) terkerek 10,00 persen, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) melambung 9,99 persen.

Demikian pula, saham NINE yang mendaki 9,82 persen, GLVA naik 4,55 persen, MPIX 4,48 persen, PGJO 2,46 persen, UVCR 2,00 persen, hingga MTDL 1,68 persen.

Secara umum, IHSG turun 0,37 persen ke level 6.562,89. Sebanyak 396 saham melemah dan hanya 230 saham menguat, sedangkan 329 sisanya stagnan.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp4,95 triliun dengan volume perdagangan 8,6 miliar saham.

Pada Selasa (25/2/2025), IHSG ditutup terkoreksi signifikan 2,41 persen, melanjutkan penurunan pada Senin (24/2/2025) sebesar 0,78 persen.

Dalam sepekan, IHSG minus 3,41 persen dan dalam sebulan terdepresiasi 7,22 persen.

Penurunan indeks seiring tertekannya saham-saham bank kakap dan konglomerat yang biasanya menjadi penggerak pasar di tengah aksi jual oleh investor asing.

Nilai Jual bersih (net sell) asing selama sepekan di pasar reguler tercatat mencapai Rp4,68 triliun, sedangkan dalam sebulan mencapai 11,3 triliun.

Sementara, dalam 3 bulan terakhir, net sell asing sebesar Rp24,8 triliun.

Kekhawatiran atas perang dagang, sorotan asing terhadap kebijakan pemerintah RI, hingga aksi pangkas rating oleh institusi kenamaan turut menjadi sentimen negatif untuk pasar saham dalam negeri.

Morgan Stanley Pangkas Peringkat MSCI Indonesia

Teranyar, Morgan Stanley menurunkan peringkat MSCI Indonesia dari equal-weight (EW) ke underweight (UW), menyoroti tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Dalam laporan terbaru mengenai strategi ekuitas pasar berkembang Asia, pada19 Februari 2025, Morgan Stanley menyoroti tren return on equity (ROE) yang melemah di Indonesia, berlawanan dengan pemulihan yang mulai terlihat di China.

“Momentum ROE Indonesia menunjukkan tekanan ke bawah, terutama akibat memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor siklikal domestik,” tulis analis Morgan Stanley dalam laporan tersebut.

Tim ekonominya masih berhati-hati terhadap potensi pemulihan dalam waktu dekat dan lebih memilih eksposur ke pasar lain di kawasan ASEAN.

Sementara itu, Morgan Stanley justru menaikkan peringkat MSCI China dari UW ke EW, dengan alasan adanya perbaikan fundamental di sektor-sektor utama serta optimisme terhadap peluang monetisasi bagi perusahaan e-commerce dan teknologi internet. Kebijakan yang lebih akomodatif dari pemerintah China terhadap sektor swasta juga menjadi faktor pendukung.

Dari sisi valuasi, Morgan Stanley mencatat bahwa valuasi MSCI Indonesia terus mengalami penurunan, sementara China mendapatkan revisi kenaikan asumsi valuasi menjadi 11,6 kali forward earnings, naik dari sebelumnya 10 kali. Hal ini menandakan diskon valuasi China terhadap pasar negara berkembang lainnya kini menyempit menjadi 7 persen dari sebelumnya 17 persen.

Namun, Morgan Stanley juga mengingatkan bahwa risiko utama terhadap pandangan ini adalah potensi eskalasi ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS), terutama terkait kebijakan perdagangan dan kontrol ekspor. Selain itu, tantangan deflasi di China juga masih menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh investor.

Rupiah Loyo

Penurunan signifikan IHSG juga seiring dengan rupiah yang menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia selama 2025.

Rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,3 persen menjadi Rp16.384 per USD pada Rabu (26/2/2025). Kemarin, rupiah juga melemah 0,4 persen.

Indeks dolar bangkit dari level terendah dalam lebih dari dua bulan yang sempat disentuh awal pekan ini, didukung oleh permintaan aset safe-haven setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa tarif impor terhadap Meksiko dan Kanada akan tetap diberlakukan.

"Pengumuman terkait tarif antara AS, China, atau Eropa bisa semakin memperkuat dolar, tetapi ketidakpastian membuat prediksi sulit. Pasar masih bersiap menghadapi kemungkinan berita negatif, yang menjaga dolar tetap di level tinggi," ujar analis pasar di Moomoo Australia, Jessica Amir.

Sementara itu, pemerintahan Trump tengah merancang aturan lebih ketat terhadap industri semikonduktor dan mendorong sekutu-sekutunya untuk memperketat pengawasan terhadap sektor chip di China. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |