Laba tersebut tumbuh 65,47 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1 triliun.
Harita Nickel (NCKL) Kantongi Laba Rp1,65 Triliun, Tumbuh 65,47 Persen (Foto: dok NCKL)
IDXChannel - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mengantongi laba bersih sebesar Rp1,65 triliun di kuartal I-2025.
Laba tersebut tumbuh 65,47 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1 triliun. Sejalan dengan itu, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan perseroan juga naik 18,12 persen menjadi Rp7,12 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp6,03 triliun.
Secara rinci, pendapatan pengolahan nikel tercatat sebesar Rp5,96 triliun dan penambangan nikel mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,15 triliun.
Dari lini bisnis pertambangan, NCKL melakukan penjualan bijih nikel total sebesar 5,49 juta wet metric ton (wmt) kepada perusahaan afiliasi pada kuartal pertama 2025.
Sementara dari lini High Pressure Acid Leaching (HPAL) pada periode yang sama tercatat sebesar 30.263 ton kandungan nikel, yang terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 19.837 ton dan Nikel Sulfat (NiSo4) sebanyak 10.426 ton.
“Perusahaan terus melanjutkan pengetatan biaya operasional untuk semua bisnis unit dan fokus pada upaya menjaga kesehatan keuangan secara jangka panjang,” kata
Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin D Liwan dalam siaran pers, dikutip Rabu (30/4/2025).
Strategi operasi lain yang dilakukan adalah dengan dimulainya pekerjaan konstruksi pabrik yang memproduksi kapur tohor atau quicklime, sebagai bahan pendukung proses HPAL dan akan meningkatkan efisiensi biaya bahan baku pendukung.
Lebih lanjut, tantangan besar juga masih membayangi industri nikel Indonesia, mulai dari dinamika geopolitik global, keseimbangan produksi, hingga standarisasi lingkungan yang ketat.
Selain efisiensi, perseroan juga menerapkan strategi keberlanjutan guna memastikan stabilitas pertumbuhan jangka panjang dengan merampungkan proses audit standar pertambangan internasional Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA).
Audit tersebut akan menjadi yang pertama di Asia untuk perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi. Sebelumnya perusahaan juga telah menyelesaikan Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiatives (RMI).
“Kedua audit ini memastikan praktik pengadaan nikel yang bertanggung jawab dan memenuhi standar yang berlaku di dunia internasional,” ujar Suparsin.
Tak hanya itu, perseroan juga melanjutkan upaya efisiensi operasi dengan merampungkan pembangunan smelter feronikel (FeNi) PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pada Januari 2025.
Fase pertama smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ini mencapai kapasitas penuh pada Maret 2025 dan berkontribusi pada penjualan dari lini RKEF Harita Nickel yang secara total mencapai 43.873 ton kandungan nikel dalam FeNi pada kuartal pertama 2025.
(DESI ANGRIANI)