Harga Minyak Turun Setelah Lonjakan Tajam, Pasar Kembali Fokus pada Fundamental

1 week ago 19

Harga minyak mentah ditutup melemah pada Kamis (10/4/2025) setelah sempat melonjak hampir 5 persen sehari sebelumnya.

 Freepik)

Harga Minyak Turun Setelah Lonjakan Tajam, Pasar Kembali Fokus pada Fundamental. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah ditutup melemah pada Kamis (10/4/2025) setelah sempat melonjak hampir 5 persen sehari sebelumnya. Kenaikan pada Rabu (9/4) dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang sebagian mundur dari ancaman tarif menyeluruh.

Namun, tarif terhadap China justru dinaikkan, memperburuk perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

Kontrak berjangka (futures) minyak Brent merosot 3,53 persen ke USD63,40 per barel, sedangkan minyak WTI turun 3,97 persen menjadi USD60,29 per barel.

Pasar sempat menguat pada Rabu setelah Trump menangguhkan tarif selama 90 hari dan memangkas bea impor menjadi 10 persen. Langkah ini mengejutkan, terutama karena pasar obligasi mengalami gejolak dengan lonjakan imbal hasil.

Namun, pada Kamis, Trump kembali menaikkan tarif untuk produk China menjadi 125 persen, lalu 145 persen, sementara China membalas dengan menaikkan tarif impor barang AS hingga 84 persen.

"Pasar berbicara, obligasi paling keras, dan akhirnya terjadi penyesuaian meski hanya sebagian—terlepas dari bagaimana hal ini dikemas dan dipresentasikan. Apakah benar akan 90 hari? Atau mungkin hanya 5 hari atau malah 2 tahun? Apakah benar 10 persen, atau akan naik menjadi 20 persen dalam beberapa hari?" kata PVM Oil Associates.

"Dan jangan lupakan China, musuh besar dan tangguh, yang kini harus menghadapi pajak impor besar dengan konsekuensi ekonomi yang bisa sangat serius."

Koreksi tarif ini membuat pasar kembali fokus pada fundamental minyak yang lemah, dengan pasokan meningkat di tengah perlambatan ekonomi akibat ketegangan perdagangan AS.

UBS pada Kamis memangkas proyeksi harga rata-rata Brent untuk 2025 sebesar USD6 menjadi USD66 per barel dan untuk 2026 turun USD7 menjadi USD65 per barel.

"Kami kini memperkirakan pasar minyak mengalami surplus akibat permintaan yang lebih rendah dan produksi OPEC+ yang lebih tinggi: kelebihan pasokan 0,4 juta barel per hari (Mb/d) pada 2025 dan 0,5 Mb/d pada 2026 dengan surplus 0,8 Mb/d," demikian kata analis UBS.

"Perhitungan awal menunjukkan dampak sebesar 50 basis poin pada PDB global, bahkan bisa dua kali lipat lebih besar. Kami juga memangkas estimasi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2025 sebesar 0,4 Mb/d menjadi 0,7 Mb/d dan untuk 2026 sebesar 0,5 Mb/d menjadi hanya 0,5 Mb/d."

Penurunan harga ini terjadi meskipun pasokan AS mengalami gangguan, termasuk penghentian operasional pipa Keystone berkapasitas 591 ribu barel per hari setelah kebocoran 3.500 barel minyak di North Dakota pada Selasa. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |