Harga Minyak Turun, Pasar Dibayangi Surplus dan Penguatan Dolar AS

4 weeks ago 18

Harga minyak mentah dunia melemah pada Senin (23/12/2024), tertekan oleh kekhawatiran surplus pasokan di 2025 serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

 Freepik)

Harga Minyak Turun, Pasar Dibayangi Surplus dan Penguatan Dolar AS. (Foto: Freepik)

 IDXChannel – Harga minyak mentah dunia melemah pada Senin (23/12/2024), tertekan oleh kekhawatiran surplus pasokan di 2025 serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS) selama perdagangan menjelang libur.

Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent merosot 0,85 persen ke USD72,32 per barel, sedangkan WTI turun 0,32 persen ke posisi USD69,24 per barel.

Mengutip Trading Economics, Senin (23/12), analis menyoroti kemungkinan surplus pasokan yang meningkat di 2025, sementara kenaikan dolar ke level tertinggi dua tahun menambah tekanan pada harga dengan membuat minyak lebih mahal bagi pembeli asing.

Sedikit kelegaan datang dari beroperasinya kembali pipa Druzhba, yang melanjutkan pengiriman minyak dari Rusia dan Kazakhstan ke sejumlah wilayah di Eropa setelah masalah teknis terselesaikan.

Penurunan inflasi di AS memberi harapan, namun sinyal yang beragam dari Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan moneter membuat sentimen pasar tetap tidak pasti.

Di sisi lain, prediksi Sinopec bahwa konsumsi minyak China akan mencapai puncaknya pada 2027 meredupkan prospek permintaan jangka panjang.

Ketegangan geopolitik juga meningkat ketika Donald Trump mendesak Uni Eropa untuk meningkatkan impor energi dari AS atau menghadapi tarif baru, sekaligus mengkritik tarif kanal Panama, yang memicu respons tajam dari presiden Panama.

Menurut analis BOK Financial, Dennis Kissler, pelemahan awal di pasar saham AS dan penguatan dolar AS membuat pembeli wait and see, di tengah pandangan bahwa permintaan tidak akan pulih dalam waktu dekat.

Namun, terdapat kabar positif untuk harga minyak mentah. Pada Jumat lalu, Kongres AS berhasil menghindari penutupan pemerintah dengan meloloskan rancangan anggaran sementara. Penutupan pemerintah AS dinilai akan berdampak negatif pada pertumbuhan PDB dan permintaan energi.

Prospek sanksi baru terhadap ekspor minyak mentah Iran dan Rusia juga dapat membatasi pasokan minyak global, sehingga mendukung kenaikan harga.

Calon penasihat keamanan nasional Presiden terpilih AS Donald Trump, Mike Walz, berjanji untuk mengembalikan kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran. Sementara itu, pemerintahan Biden mempertimbangkan sanksi baru yang lebih ketat terhadap minyak mentah Rusia.

Mengutip Barchart, Senin (23/12), permintaan minyak di China melemah dan menjadi faktor bearish bagi harga minyak.

Menurut data Bloomberg, permintaan minyak terlihat China pada November turun 2,14 persen secara tahunan menjadi 14,013 juta barel per hari.

Sementara, permintaan sepanjang Januari-November turun 3,26 persen menjadi 13,996 juta barel per hari. China adalah konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |