Harga Minyak Turun di Tengah Harapan Damai Ukraina dan Ketidakpastian Tarif AS 

2 months ago 31

Harga minyak sedikit turun pada Kamis (13/2/2025), usai tekanan akibat prospek perundingan damai Rusia-Ukraina.

 Freepik)

Harga Minyak Turun di Tengah Harapan Damai Ukraina dan Ketidakpastian Tarif AS . (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak sedikit turun pada Kamis (13/2/2025), usai tekanan akibat prospek perundingan damai Rusia-Ukraina diimbangi oleh optimisme terhadap kemungkinan jeda dalam kebijakan tarif baru Amerika Serikat (AS).

Minyak mentah WTI ditutup turun 0,11 persen menjadi USD71,29 per barel, sementara Brent melemah 0,21 persen menjadi USD75,02 per barel.

Mengutip Trading Economics, pasar sempat tertekan oleh berita potensi negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina, yang meningkatkan ekspektasi berkurangnya risiko gangguan pasokan.

Pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai tarif timbal balik sempat menekan sentimen pasar, tetapi kemungkinan penundaan implementasi hingga April memberi ruang bagi negosiasi, membantu pemulihan harga minyak.

Meski ada sinyal positif, harga minyak tetap turun lebih dari 2 persen pada Rabu setelah Trump menyebut pembicaraan damai dan laporan kenaikan tak terduga dalam stok minyak mentah AS.

Beberapa analis berspekulasi bahwa ekspor minyak Rusia bisa meningkat jika ditemukan celah dalam sanksi, yang berpotensi memberikan tekanan lebih lanjut pada harga. Namun, ketidakpastian geopolitik dan data inflasi AS membuat prospek harga minyak tetap bervariasi.

Trump pada Rabu mengatakan telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, diikuti dengan panggilan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Trump menyatakan bahwa ia dan Putin berencana bertemu untuk membahas perdamaian tanpa melibatkan Ukraina atau Eropa.

Prospek berakhirnya perang yang dimulai pada 2014 dan meningkat dengan invasi penuh Rusia pada Februari 2022, serta kemungkinan diakhirinya sanksi terhadap produksi minyak dan gas Rusia, menekan harga minyak lebih rendah.

Ketidakpastian tetap ada di tengah kekhawatiran bahwa AS mendorong kesepakatan yang memungkinkan Rusia mempertahankan wilayah Ukraina yang telah dikuasainya tanpa memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina, sementara Ukraina dan Eropa tidak dilibatkan dalam negosiasi.

“Pasar minyak cenderung menilai dampak masa depan sejak dini. Dengan potensi ekspor minyak Rusia yang tidak terhalang, kenaikan harga minyak mentah yang tercatat sepanjang pekan ini sepenuhnya terhapus,” kata PVM Oil Associates.

“Berita utama soal Trump/Putin yang membahas diakhirinya perang di Ukraina serta upaya Hamas/Israel mempertahankan gencatan senjata di Gaza sempat menekan harga minyak mentah ke level terendah dalam beberapa pekan pada sesi awal,” kata analis Mizuho, Robert Yawger, dikutip Dow Jones Newswires.

Namun, ia menambahkan, harga minyak mampu memberikan perlawanan yang cukup efektif.

Perintah Presiden Trump untuk mengkaji tarif perdagangan timbal balik—yang sebelumnya diperkirakan akan berlaku segera—memberi pasar lebih banyak waktu untuk menilai dampaknya.

“Hal ini seolah menunda potensi tekanan besar terhadap permintaan minyak mentah yang bisa terjadi dalam jangka pendek,” ujar Yawger.

Badan Energi Internasional (IEA) merilis laporan bulanan pasar minyaknya pada Kamis. Lembaga ini menaikkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun ini menjadi 1,1 juta barel per hari dari 0,87 juta, tetapi tetap memperkirakan bahwa pertumbuhan pasokan baru melampaui kenaikan permintaan pada 2025.

“Pasokan minyak global diperkirakan meningkat 1,6 juta barel per hari menjadi 104,5 juta barel per hari pada 2025, dengan produsen non-OPEC+ menjadi penyumbang utama jika pemangkasan sukarela OPEC+ tetap berlaku,” demikian menurut laporan IEA. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |