Harga emas naik ke USD2.935,42 per troy ons setelah mencapai rekor USD2.942,70, dipicu kekhawatiran tarif AS dan meningkatnya permintaan safe-haven.
Harga Emas Dekati Rekor, Dipicu Ketidakpastian Tarif AS. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga emas naik mendekati rekor tertinggi pada Selasa (18/2/2025) seiring meningkatnya permintaan aset safe-haven di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat ketidakpastian rencana tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Data pasar menunjukkan, emas spot (XAU/USD) meningkat 1,27 persen ke level USD2.935,42 per troy ons pada Selasa setelah mencapai rekor tertinggi USD2.942,70 pekan lalu.
Analis XTB, Kathleen Brooks, mengatatkan, dikutip dari Dow Jones Newswires, putaran pertama perundingan antara AS dan Rusia terkait kemungkinan kesepakatan damai di Ukraina telah berakhir.
Meski, kata dia, belum ada jadwal pertemuan langsung antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, langkah ini menjadi awal menuju penyelesaian konflik.
Brooks menambahkan, lonjakan harga emas mencerminkan kegelisahan pasar terhadap masa depan, terutama jika kesepakatan damai berisiko gagal.
Ia juga menyoroti bahwa harga komoditas bisa tetap rentan terhadap perkembangan berita terkait perundingan tersebut.
"Kami melihat meningkatnya permintaan aset safe-haven akibat ketidakpastian pemerintahan Trump, ditambah dengan pola teknikal yang mendukung tren bullish," ujar analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Sejak menjabat bulan lalu, Trump dengan cepat mengubah lanskap perdagangan global melalui serangkaian tarif, termasuk rencana tarif balasan terhadap negara-negara yang mengenakan pajak atas produk AS.
Selain faktor geopolitik, menurut catatan analis Commerzbank, permintaan bank sentral juga diperkirakan terus menopang harga emas.
Sementara itu, Saxo Bank mencatat bahwa para trader terus mencari perlindungan di tengah kekhawatiran tarif, ketidakpastian kebijakan AS, serta meningkatnya ketegangan antara AS dan Uni Eropa.
Fokus pasar kini tertuju pada risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) di Januari lalu yang akan dirilis Rabu ini, sebagai petunjuk arah kebijakan suku bunga.
"Jika ekonomi mulai melambat akibat tarif dagang dan faktor lainnya, maka suku bunga bisa lebih rendah," ujar Wyckoff.
Emas cenderung diuntungkan dalam situasi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, terutama saat suku bunga rendah karena tidak memberikan imbal hasil.
"Meskipun tren bullish emas masih bertahan, risiko koreksi tetap ada di level tinggi saat ini. Untuk mencapai rekor baru, emas kemungkinan memerlukan eskalasi risiko geopolitik, khususnya terkait Ukraina," kata analis pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada. (Aldo Fernando)