Dunia Merespons Tarif Trump: China Melawan, Eropa Bersiap, Asia Tenggara Negosiasi

11 hours ago 4

China membalas tarif AS, Uni Eropa siapkan respons USD28 miliar, dan Asia Tenggara menegosiasikan dampaknya.

 Freepik)

Dunia Merespons Tarif Trump: China Melawan, Eropa Bersiap, Asia Tenggara Negosiasi. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Dunia bereaksi cepat terhadap tarif balasan (reciprocal tariff) Presiden AS Donald Trump yang mulai berlaku 2 April 2025.

Menurut catatan Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI), Ezaridho Ibnutama, dalam risetnya pada Senin (7/4/2025), China langsung membalas dengan tarif serupa, sementara Uni Eropa menyiapkan paket respons senilai USD28 miliar.

Di Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, dan Indonesia—tiga negara yang paling terdampak di kawasan ini—berupaya menegosiasikan dampak tarif tinggi yang mereka terima.

Beberapa negara lain, seperti India dan Korea Selatan, memilih jalur diplomasi untuk meredam ketegangan.

China Merespons Cepat dengan Tarif Balasan

China terkena tarif tertinggi hingga 49 persen, terutama pada sektor teknologi, baja, dan produk pertanian.

Sebagai tanggapan, Beijing langsung memberlakukan tarif balasan dengan nilai yang setara terhadap impor dari AS dan mengancam akan meningkatkan eskalasi jika Washington memperluas kebijakan tarifnya ke sektor keuangan atau produk digital.

Kementerian Perdagangan China menuduh AS telah "memanfaatkan defisit bilateral sebagai senjata perdagangan."

Uni Eropa Siapkan Paket Senilai USD28 Miliar

Uni Eropa hingga kini belum menerapkan tarif balasan, tetapi telah menyiapkan paket senilai USD28 miliar yang menargetkan sektor strategis AS seperti penerbangan, teknologi, dan pertanian. Pejabat Uni Eropa menegaskan bahwa kebijakan tarif AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan telah mengajukan keluhan resmi di Jenewa.

Dampak Tarif AS terhadap Asia Tenggara

Masih mengutip Ezaridho, negara-negara Asia Tenggara turut merasakan dampak kebijakan tarif timbal balik AS. Vietnam, Thailand, dan Indonesia menjadi tiga negara di kawasan yang terkena tarif tertinggi.

Vietnam, misalnya, menghadapi tarif tertinggi di Asia Tenggara, mencapai 46 persen, akibat surplus perdagangan yang signifikan dengan AS serta dugaan praktik dumping dan manipulasi mata uang.

Pemerintah Vietnam telah meminta penundaan 45 hari untuk negosiasi, tetapi permintaan tersebut ditolak oleh pejabat AS. Hanoi kini tengah melakukan pembicaraan tertutup dengan perwakilan dagang AS.

Kemudian, Thailand terkena tarif 36 persen karena surplus dagang besar serta hambatan non-tarif yang dinilai tidak transparan.

Thailand berupaya menempuh jalur diplomasi melalui ASEAN dan perundingan tertutup dengan Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) guna mencari peluang pengurangan tarif, terutama pada sektor otomotif.

Indonesia dikenakan tarif 32 persen, menjadikannya negara Asia Tenggara ketiga yang paling terdampak.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia tidak akan melakukan aksi balasan, melainkan akan menempuh jalur diplomasi dan negosiasi teknis dengan Washington.

Pemerintah RI juga tengah merancang strategi dukungan bagi industri yang terdampak, seperti tekstil, karet, dan alas kaki, serta mendorong diversifikasi ekspor ke pasar Eropa dan Timur Tengah.

Halaman : 1 2

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |