Deretan Emiten Backdoor Listing ini Bikin Cuan Besar di 2024

4 weeks ago 18

Backdoor listing kerap menjadi pilihan perusahaan tertutup melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tanpa Initial Public Offering (IPO).

 MNC Media)

Backdoor listing kerap menjadi pilihan perusahaan tertutup melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tanpa Initial Public Offering (IPO). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Backdoor listing kerap menjadi pilihan perusahaan tertutup melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tanpa Initial Public Offering (IPO). PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) merupakan salah satu emiten yang sukses melakukan aksi backdoor listing.

Backdoor listing atau reverse takeover (RTO) adalah aksi merger atau akuisisi perusahaan tbk di BEI oleh perusahaan tertutup dengan skala bisnis besar. Berbeda dengan akuisisi biasa, perusahaan tertutup yang melakukan backdoor listing biasanya menargetkan emiten kecil sebagai sasaran dan memiliki bisnis inti (core business) yang berbeda.

Alasan utama perusahaan melakukan backdoor listing karena proses administrasi yang lebih mudah dan cepat. Perusahaan bisa dengan cepat mengakses pendanaan di pasar modal untuk mengeksekusi rencana bisnisnya. Sementara jika lewat IPO, ada beberapa prosedur dan antrean yang harus dilewati.

Tentu, aksi backdoor listing memiliki risiko. Perusahaan yang ingin backdoor listing perlu melakukan aksi senyap supaya harga saham emiten sasaran tak melonjak. Jika tidak, maka biaya akuisisinya menjadi mahal.

BEI sendiri tak mempersoalkan perusahaan yang ingin melakukan backdoor listing. Langkah IPO lewat “jalur belakang” ini bisa menjadi alternatif karena sifatnya sama saja. Bursa bahkan mendorong perusahaan besar, termasuk BUMN untuk go public, baik lewat IPO maupun backdoor listing.

“Ya memang ini opsi dua-duanya, tinggal pilihannya mau kemana, gitu kan. Karena kadang orang bilang, kalau saya masuk backdoor, harga saham saya naik, ini juga kurang  tepat, karena story-nya perlu dibangun, karena backdoor ini kan membeli cangkang,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman pada medio Oktober 2024.

PANI bukan satu-satunya emiten yang menjadi sasaran backdoor listing. Beberapa emiten yang menjadi cangkang baru bagi perusahaan besar di antaranya PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dan PT Indonesia AirAsia Tbk (CMPP). 

Di sepanjang 2024, aksi IPO lewat jalur belakang ini cukup ramai. Berikut lima di antaranya:

PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW)

Meratus Group menjadi perusahaan pertama yang melakukan backdoor listing tahun ini. Pada Februari 2024, perusahaan pelayaran nasional itu mengumumkan akuisisi 80,19 persen saham PT ICTSI Jasa Prima Tbk atau IJP (KARW) senilai Rp31 miliar. IJP sebelumnya dikuasai perusahaan Filipina, Maharlika lewat ICTSI Far East.

KARW mempunyai sejarah panjang di BEI karena IPO sejak 1994. Awalnya, perusahaan ini bernama PT Karwell Indonesia Tbk yang bergerak di bidang garmen. Pada 2012, Maharlika melakukan backdoor listing dan mengubah bisnis inti menjadi bongkar muat dan logistik pelabuhan.

Meskipun menjadi cangkang baru bagi Meratus Group lewat Sarana Kelola Investasi, bisnis KARW tak berbeda jauh. Perusahaan yang saat ini dimiliki oleh pengusaha Charles Menaro itu juga dirumorkan menggandeng Abu Dhabi Ports untuk mengelola Pelabuhan Patimban meski belakangan, isu itu ditepis manajemen.

PT Fortune Indonesia Tbk (FORU)

FORU awalnya perusahaan periklanan dan kehumasan. Berdiri pada 1970, perusahaan ini terafiliasi dengan Fortune International. FORU adalah bagian dari Rajawali Group milik konglomerat Peter Sondakh lewat Karya Cipta Prima (KCP).

Pada Maret 2024, IMR Asia Holdings mengumumkan akuisisi sebesar 77,7 persen saham FORU dari KCP senilai Rp45,29 miliar. IMR Asia merupakan perusahaan induk asal Swiss yang memiliki unit usaha di bidang pertambangan. Di Indonesia, IMR Asia Holdings yang tercatat di Singapura adalah pemilik perusahaan batu bara, PT Borneo Prima.

Kendati demikian, selama delapan bulan setelah akuisisi, FORU belum juga mengumumkan perubahan kegiatan usaha. Menariknya, KCP milik Peter Sondakh masih terdaftar sebagai pemegang saham FORU dengan porsi kepemilikan 11,55 persen.

PT Green Power Energy Tbk (LABA)

PT Green Power Energy Tbk (LABA) sebelumnya bernama PT Ladangbaja Murni Tbk. Perusahaan ini berganti “baju” usai diakuisisi pada Juni 2024 oleh PT Nev Stored Energy dan PT Longpin Investasi Indonesia dengan kepemilikan 72 persen senilai Rp29 miliar. Huang Yeping menjadi sosok penting di balik aksi ini karena namanya masuk sebagai Komisaris Utama LABA.

Setelah diakuisisi, LABA mengubah haluan dari awalnya bisnis baja menjadi energi baru dan terbarukan (EBT), terutama baterai kendaraan listrik dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tak butuh waktu lama, perseroan memperoleh kontrak Rp139 miliar dari PT Gotion Materials Indonesia untuk memproduksi baterai motor listrik.

Selain itu, perseroan juga bergerak mencari kontrak pengadaan PLTS. Baru-baru ini, LABA menandatangani perjanjian awal untuk membuat panel surya di Timor Leste dengan bekerja sama dengan perusahaan lokal.

PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR)

PT Hexa Prima Nusantara mengumumkan akuisisi terhadap emiten media dan telekomunikasi, PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR). Hexa Prima mengakuisisi perusahaan pengendali FUTR, PT Digital Futurama Global yang menguasai 51,22 persen saham FUTR. Nilai akuisisinya Rp24,9 miliar.

Hexa Prima diketahui dimiliki Halim Suwandi sebagai beneficial owner. Usai akuisisi, perubahan kegiatan bisnis langsung dilakukan di mana FUTR kini fokus pada sektor energi yang lebih menjanjikan daripada bisnis sebelumnya.

Salah satu gebrakan awal yang dilakukan adalah menggandeng China State Construction Engineering Corporation (CSCEC) lewat calon anak perusahaan, PT Hexa Prima Mekanikal untuk pengerjaan proyek infrastruktur energi. Kemudian pada tanggal 5 Desember 2024, FUTR mengumumkan akuisisi atas blok minyak di Pulau Seram, Maluku dari Karlez Petroleum yang masih memiliki durasi kontrak 15 tahun.

PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK)

Emiten yang baru-baru ini menjadi sasaran aksi backdoor listing adalah PACK. Perusahaan yang awalnya bergerak di industri kemasan plastik itu diakuisisi oleh triliuner asal China, Deng Weiming lewat PT Eco Energi Perkasa. 

Porsi saham yang diakuisisi mencapai 48,94 persen. Setelah akuisisi, pengendali baru tersebut juga berencana menerbitkan saham baru lewat rights issue tahap I hingga 100 miliar saham. Aksi korporasi ini berpotensi menciptakan dilusi kepemilikan saham lama hingga 98,43 persen.

Sesuai namanya, PACK ingin menyelaraskan bisnisnya dengan pengendali baru di sektor pertambangan nikel. Perseroan menilai, perubahan kegiatan usaha ini akan mengubah skala bisnis PACK dari pendapatan tahunan Rp50 miliar menjadi Rp5,3 triliun.

Kesimpulan

Selain kelima emiten di atas, sebenarnya ada beberapa perusahaan tercatat yang juga menjadi target sasaran backdoor listing seperti PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) oleh Poh Group Ltd (Singapura) dan PT Aesler Grup International Tbk (RONY) oleh Honour Accord Ltd (Hong Kong).

Karakter emiten yang menjadi sasaran backdoor listing kerap menawarkan return besar bagi pelaku pasar. Pasalnya, harga saham emiten ini biasanya naik tajam beberapa bulan sebelum negosiasi diumumkan perusahaan. Kenaikan ini terjadi karena backdoor listing akan mengubah total seluruh hitung-hitungan fundamental karena perusahaan cangkang menjadi perusahaan baru.

Berdasarkan catatan IDXChannel, harga saham-saham backdoor listing mencetak kenaikan yang amat fantastis dalam jangka pendek. Saham KARW misalnya sejak awal tahun melesat lebih dari 5.300 persen. Saham FORU melejit 2.700 persen dan LABA naik 576 persen. Adapun saham FUTR dan PACK menguat masing-masing 244 persen dan 1.200 persen.

Kenaikan ini memberikan peluang besar bagi investor yang dapat mencium rumor aksi korporasi backdoor listing. Namun tetap saja, kenaikan harga yang tinggi tetap dibarengi dengan risiko yang besar, terutama mereka yang membeli sahamnya saat harga sudah tinggi.

(Rahmat Fiansyah)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |