BRIN juga melakukan mitigasi jika memang terdapat risiko lain, seperti dengan menyarankan penggunaan biofoulant ramah lingkungan.
Bangun PLTS Terapung Ramah Lingkungan di Danau Singkarak, Pemerintah Libatkan BRIN (foto: MNC media)
IDXChannel - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengonfirmasi keterlibatannya dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Danau Singkarak, Sumatera Barat.
Keterlibatan BRIN dalam proyek infrastruktur tersebut berupa peran monitoring sekaligus analisis dan mitigasi potensi dampak yang bakal timbul dari hadirnya PLTS terhadap ekosistem Danau Singkarak.
"BRIN dilibatkan untuk menciptakan PLTS yang ramah lingkungan guna melestarikan lingkungan, antara lain ikan bilih, bukan untuk menilai pencemaran Danau Singkarak," ujar Peneliti Madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Ivana Yuniarti, dalam keterangan resminya, Minggu (19/1/2025).
Sebagai langkah awal, menurut Ivana, pihaknya akan memonitor berbagai parameter kualitas air, meliputi penetrasi cahaya, profil distribusi vertikal suhu, profil distribusi vertikal oksigen terlarut, dan sejumlah parameter lain, seperti kadar oksigen yang digunakan untuk perombakan bahan organik (Biological Oxygen Demand).
Selain itu, monitoring juga dilakukan untuk memonitor tingkat kelimpahan absolut, komposisi populasi, dan pergerakan lokal ikan bilih. BRIN juga akan memonitor perubahan pada mikrobentik organisme yang hidup di dasar danau, serta risiko terjadinya pencemaran dari bioufoulant.
Tak hanya itu, BRIN juga melakukan mitigasi jika memang terdapat risiko lain, seperti dengan menyarankan penggunaan biofoulant ramah lingkungan.
"Luas area yang digunakan 0,45 persen. Namun, pengamatan akan tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada risiko yang signifikan pada ekosistem danau," ujar Ivana.
Bahkan, peneliti BRIN juga menyarankan agar para nelayan yang terdampak untuk tidak mengganti mata pencaharian mereka.
"Harus dibuka dialog agar solusi yang diambil menguntungkan semua pihak," ujar Ivana.
Selain itu, Ivana juga menyatakan bahwa upaya mitigasi telah dilakukan dengan merancang PLTS menjadi taman buatan alami yang dapat menjadi habitat ikan bilis, tempat bertelur, memijah, dan mencari makan.
BRIN juga akan memastikan area di antara panel dikembangkan menjadi wilayah habitat ikan bilih dengan menggunakan tanaman lokal, sambil memonitor suhu, penetrasi cahaya, plankton dan kadar oksigen yang penting bagi kelangsungan hidup ikan bilih.
"Jika ditemukan penurunan kadar oksigen akibat pengurangan penetrasi cahaya, tanaman tersebut akan menjadi upaya untuk meningkatkan kadar oksigen, dan jika dibuktikan jika masih ada kekurangan, kami mengusulkan microbubble sebagai salah satu solusi," ujar Ivana.
Sebagai peneliti, dikatakan Ivana, BRIN ingin menjelaskan bahwa seluruh penelitian tersebut berbasis data yang akurat dan independen, tanpa arahan dari pihak lain, termasuk pengelola PLTS.
Tujuan utama kolaborasi BRIN dalam proyek ini bukan untuk menilai apakah Danau Singkarak sudah tercemar, tetapi untuk menciptakan PLTS yang ramah lingkungan dan mendukung kelestarian ikan bilih, spesies khas danau tersebut.
Tim peneliti juga berkomitmen melakukan co-monitoring secara berkelanjutan dengan berbagai pihak untuk memastikan PLTS ini mendukung kelestarian lingkungan Danau Singkarak.
"Selanjutnya, penelitian kami akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Minang untuk memudahkan masyarakat lokal memahami hasilnya," ujar Ivana.
Sesuai rencana, pembangunan PLTS terapung akan dibangun di atas Danau Singkarak yang sekaligus menjadi solusi menuju energi bersih dan hijau yang digagas pemerintah. Bahkan, lebih dari itu, proyek energi tersebut dirancang untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Diketahui, Danau Singkarak merupakan sebuah danau yang membentang di dua kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.
Danau ini memiliki luas permukaan sekitar 108 km² dan merupakan danau terluas kedua di Pulau Sumatera setelah Danau Toba di Sumatera Utara.
(taufan sukma)