Banyak sifat positif dari Nabi Muhammad SAW dalam berdagang yang dapat dijadikan panutan dalam menjalankan bisnis.
5 Cara Berdagang Rasulullah SAW yang Dapat Ditiru dalam Berbisnis. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Cara berdagang Rasulullah SAW dapat ditiru untuk berbisnis. Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang sukses. Sebelum akhirnya diutus sebagai Rasul, Muhammad telah berdagang sejak remaja.
Melansir NU Online (18/10), Nabi Muhammad pertama kali belajar menjadi pedagang ketika ikut Abu Thalib, sang paman, dalam rombongan dagang ke negeri Syam (Suriah). Beliau mulai memimpin rombongan dagang ke luar negeri di usia 17 tahun.
Nabi Muhammad SAW berdagang hingga ke mancanegara. Antara lain negeri Syam, Yordania, Busra, Bahrain, Irak, Yaman, dan lainnya. Semasa berdagang, Muhammad SAW dikenal sebagai pedagang yang jujur dan terpercaya.
Merangkum NU Online, berikut ini adalah cara berdagang Rasulullah SAW yang dapat ditiru untuk menjalan bisnis yang lebih berkah.
5 Cara Berdagang Rasulullah SAW
1. Segmentasi
Menurut catatan NU Online, Muhammad SAW memiliki pengetahuan yang luas tentang kebiasaan dan gaya hidup masyarakat setempat. Beliau menerapkan segmentasi produk untuk ditawarkan ke masyarakat negeri yang dikunjunginya.
Muhammad SAW membawa jenis barang yang berbeda untuk tiap negeri yang dikunjunginya. Muhammad SAW juga pandai menerapkan target, beliau tidak hanya menyasar satu segmen konsumen saja.
Terbukti beliau mampu menjual barang ke kalangan elit kerajaan, hingga ke masyarakat biasa. Muhammad pandai memposisikan diri dan menghormati pelanggannya, tak memandang dari kalangan mana pelanggannya berasal.
2. Diferensiasi
Muhammad juga dikenal pandai melakukan bauran dalam pemasaran. Pada masanya, beliau dianggap memiliki pemikiran yang tidak biasa, dengan cara berdagang yang tidak konvensional seperti yang dilakukan para pedagang pada masanya.
Muhammad SAW menjalin hubungan yang baik dengan semua pelanggannya, sehingga upaya ekspansi dapat dilakukan ke banyak wilayah.
3. Jujur
Sebagai utusan Allah SWT, Rasulullah memiliki sifat-sifat yang dapat menjadi suri tauladan bagi umat Islam. Dalam berdagang, Muhammad dikenal sebagai seorang pedagang yang jujur dalam memasarkan produknya.
Muhammad SAW selalu menjelaskan kelebihan dan kekurangan barang dagangannya secara jujur, tanpa melebih-lebihkan saat mendeskripsikan barang dagangannya. Beliau juga jujur dalam menimbang, mematok harga sesuai nilai barang dan tidak melakukan perang harga.
Sehingga Rasul tidak mengambil keuntungan berlebihan. Selain itu, Rasul juga tidak memonopoli komoditas, yang artinya, Muhammad SAW tidak takut pada persaingan pasar dan mau bersaing secara sehat dengan kompetitornya.
4. Personal Branding
Seperti yang diulas di atas, Muhammad SAW dipercaya pelanggannya sebagai pedagang yang jujur. Branding yang tersemat pada diri Rasul ini tidak serta dilabel begitu saja, tidak juga diklaim secara sepihak oleh Muhammad SAW sendiri.
Sifat-sifat positif yang melekat pada diri Muhammad SAW sebagai pedagang datang dari cara berdagang yang telah dilakoni selama bertahun-tahun lamanya. Karena memiliki ‘branding’ yang positif, banyak orang tertarik untuk berinvestasi kepada Rasul.
Muhammad SAW dikisahkan sering berdagang tanpa modal, ini karena beliau menjual barang dagangan milik orang dengan imbalan bagi hasil. Itulah investor yang percaya pada kejujuran Nabi Muhammad.
Selain ramah, jujur, dan menghormati pelanggan, Muhammad SAW juga sering mendahulukan kepentingan pelanggannya di atas kepentingan pribadinya. Sifat-sifat baik yang ditunjukkan Muhammad SAW pada akhirnya memberikan keuntungan juga bagi pelanggannya.
5. Ikhlas
Rasulullah SAW dikenal sebagai pedagang yang profesional. Beliau mengedepankan sikap-sikap yang profesional, dan tetap ikhlas dalam menjalan usahanya. Beliau tidak mau memonopoli barang dagangan, tidak mengambil keuntungan berlebihan sekalipun ada peluang untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.
Dapat disimpulkan, Muhammad SAW ikhlas dengan hasil usahanya, meskipun pada saat itu banyak peluang dan kesempatan yang memungkinkan beliau untuk mendapatkan hasil keuntungan yang lebih.
Itulah cara berdagangan Rasulullah SAW yang dapat ditiru dalam berbisnis.
(Nadya Kurnia)