Wamenkeu melaporkan kinerja pembiayaan SBN terjaga saat kondisi global yang dinamis. Pasar SBN pun mencatatkan inflow sebesar Rp34,59 triliun secara ytd.
Wamenkeu Sebut Pasar SBN Catat Inflow Rp34,59 Triliun. (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono melaporkan kinerja pembiayaan surat berharga negara (SBN) terjaga saat kondisi global yang dinamis. Pasar SBN pun mencatatkan inflow sebesar Rp34,59 triliun secara year to date (ytd).
Menurut Thomas, yield SBN 10 tahun dan yield US Treasury 10 tahun berfluktuasi akibat dampak El Nino pada produksi pertanian, meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, ketidakpastian moneter di negara maju, serta menjelang kondisi pemilu domestik.
"Namun minat investor terhadap SBN masih cukup baik tercermin dari Bid-to-cover ratio sebesar 2,2 kali yang menunjukkan kepercayaan yang cukup kuat terhadap fundamental ekonomi," kata Thomas dalam konferensi pers APBN 2024, Senin (6/1/2025).
Pada pertengahan triwulan II-2024, lanjutnya, situasi geopolitik dan moneter global masih menunjukkan tekanan dengan adanya serangan Iran ke Israel, lonjakan harga minyak global, penundaan pemangkasan Fed Fund Rate (FFR), meskipun kondisi domestik.
"Pergerakan pasar SBN menunjukkan terhadap tantangan global dan pemulihan domestik tersebut," kata Thomas.
Yield SBN mengalami penurunan pada April, kata Thomas, hal ini mencerminkan persepsi positif pasar terhadap stabilitas makroekonomi dan sejalan dengan penurunan yield US Treasury, dan pemangkasan suku bunga ECB yang pertama sejak 2019.
"Namun, pergerakan yield SBN kembali masih menunjukkan pergerakan di akhir Juni, dengan meningkatnya tekanan di pasar global, sementara yield US Treasury melanjutkan penurunannya," ujarnya.
Thomas mengatakan minat investor terhadap lelang SBN tetap terjaga dengan baik, seperti triwulan sebelumnya, Bid-to-cover ratio stabil 2,2 kali.
"Sekali lagi menunjukkan permintaan investor cukup kuat meskipun yield masih fluktuatif, selain itu inflow ke pasar SBN yang mencatatkan pada awal Mei menunjukkan investor global terhadap prospek ekonomi indonesia," tuturnya.
Selanjutnya, pada triwulan III-2024, di pasar SBN melanjutkan perbaikan dari akhir triwulan II-2024 inflasi di AS menunjukkan tren penurunan mendorong the Fed, untuk menurunkan FFR sejak 2020 sebesar 50 basis point, penurunan ini diikuti kebijakan serupa oleh BI dan ECB.
"Langkah-langkah ini memberi dampak positif terhadap pasar keuangan global termasuk berlanjutnya penurunan yield US Treasury," katanya.