BI Jateng memfasilitasi kerja sama petani-petani dengan perusahaan makanan minuman besar sebagai antisipasi penerapan tarif dagang oleh AS.
Tarif Dagang AS Ganggu Ekspor-Impor Jateng, BI Dorong Pelaku Usaha Garap Pasar Domestik. (Foto: Eka Setiawan/INews Media Group)
IDXChannel - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah (KPwBI Jateng) memfasilitasi kerja sama petani-petani dengan perusahaan makanan minuman besar di provinsi tersebut untuk terus bisa memberikan suplai bahan mentahnya.
Kebijakan ini diambil sebagai strategi agar para petani maupun pelaku usaha di Jawa Tengah tetap berkembang di tengah dinamika ekonomi global. Terutama kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menetapkan tarif resiprokal 32 persen ke Indonesia.
“Semenjak Amerika pemerintahan yang baru, kan mereka melakukan penerapan tarif. Penerapan tarif ini menyebabkan kegiatan-kegiatan sektor internasional, ekspor impor menjadi agak sedikit terganggu,” kata Kepala KPwBI Jateng Rahmat Dwisaputra saat kegiatan Central Java Invesment Businnes Forum (CJIBF) 2025 dan UMKM Gayeng di Kota Semarang, Senin (5/5/2025).
Kebijakan bea masuk yang diterapkan AS ini memang belum final, namun demikian BI langsung mengambil strategi agar perekonomian domestik di Jateng tetap tumbuh.
“Kita coba fokus ke domestik, konsumsi rumah tangga dan investasi. Nah, investasi ini kita coba business matchingkan antara industri makanan dan minuman yang besar di Jateng dengan suplier-suplier garam misalnya,” kata dia.
“Hasil dari petani garam di Jateng itu enggak jelek-jelek amat, dekat standar garam industri. Nah ini yang sedang kita coba fasilitasi kerjasama para industri, perusahaan makanan minuman besar untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas petani garam. Sudah sepakat ya, petani garam Pati dan Jepara untuk lebih ke realisasi suplai garam industrinya ke perusahaan makanan minuman besar,” lanjutnya.
Hal itu juga sejalan dengan tema CJIBF 2025 dan UMKM Gayeng yang menekankan ekonomi hijau dan energi terbarukan. Jawa Tengah produk domestik regional bruto disumbang industri manufaktur di mana 46 persennya didominasi makanan dan minuman yang berkaitan erat dengan sektor pertanian dalam arti luas.