Di tengah lanskap global yang serbacepat dan tidak pasti, ide besar dinilai belum cukup untuk membangun bisnis yang tangguh. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah lanskap global yang serbacepat dan tidak pasti, ide besar dinilai belum cukup untuk membangun bisnis yang tangguh. Generasi muda diminta memiliki daya adaptasi dan pola pikir belajar berkelanjutan agar tak mudah tumbang dalam era disrupsi.
“Kita harus memiliki learning mindset, ada evaluasi dan ada konsep dari ujung ke ujung,” kata Guru Besar FEB Universitas Indonesia, Prof Rhenald Kasali, dalam acara Wealth Wisdom 2025 di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Ia menilai, kehadiran artificial intelligence (AI) tak perlu dicemaskan, justru perlu dikenali karakternya agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, narasi dan kemampuan berpikir menjadi penting karena media sosial kini turut membentuk karakter calon pemimpin digital.
“AI hanya sebagai alat pembantu. Kalau kita gelisah atau khawatir, AI bisa mengenal lebih cepat daripada diri kita sendiri, sehingga harus tahu karakternya. AI bisa sangat membantu apabila prompt yang kita berikan benar,” jelas Rhenald.
Pendiri Rumah Perubahan ini juga menyoroti pentingnya kesiapan mental dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko. Ia menyebut, bisnis berkelanjutan saat ini adalah yang menyentuh kebutuhan dasar seperti kesehatan, gaya hidup, dan bioteknologi.
Rhenald menegaskan, di era resilience saat ini, keberanian berinovasi saja tak cukup tanpa kemampuan membaca situasi. Adaptabilitas menjadi elemen penting yang harus dimiliki setiap pelaku usaha, terutama generasi muda.