Punya Potensi Tembus Pasar Ekspor, Peternak Domba Didorong Dongkrak Kualitas Produk

1 day ago 2

Saat ini, porsi pasokan daging domba dari peternak dalam negeri diperkirakan masih di bawah 10 persen dari total kebutuhan nasional.

 MNC Media)

Punya Potensi Tembus Pasar Ekspor, Peternak Domba Didorong Dongkrak Kualitas Produk (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kalangan peternak domba dalam negeri diharapkan dapat memaksimalkan tingkat literasinya di bidang peternakan, sehingga dapat mendongkrak kualitas produk yang dihasilkan.

Jika hal tersebut bisa dilakukan, produk daging domba dalam negeri diyakini tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, namun juga mulai bersaing di pasar ekspor.

Saat ini, porsi pasokan daging domba dari peternak dalam negeri diperkirakan masih di bawah 10 persen dari total kebutuhan nasional.

Padahal, jika pasokan daging domba tersebut tersebut dimaksimalkan, diyakini bakal sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pangan di Tanah Air.

"Kami mendorong peternak agar bisa meningkatkan pemahaman tentang domba dan karkas, sehingga dapat mendongkrak kualitas domba untuk masuk ke pasar ekspor daging domba karkas," ujar Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (IKA UMS), Aditya Warman, dalam keterangan resminya, Minggu (5/1/2025).

Pernyataan tersebut disampaikan Aditya di sela kunjungan Rombongan IKA UMS ke sejumlah peternakan domba di Jawa Timur, yaitu PST Farm Mojokerto, Bejo Rayoso Farm Jombang, Galipat Farm Kediri, dan Barokah Farm Kediri.

Dalam kunjungan tersebut, Aditya bersama rombongan juga berdiskusi secara intens dengan para peternak domba, terkait berbagai langkah yang bisa dilakukan dalam memaksimalkan produk hasil ternaknya.

Aditya menjelaskan, karkas merupakan bagian dari potongan tubuh hewan, meliputi daging, kepala, kaki, jeroan, dan kulit. Seluruh bagian tersebut, menurut Aditya, memiliki potensi yang cukup besar untuk diekspor ke luar negeri.

"Jika masih hanya berkutat di dalam negeri saja, maka kualitas domba yang dihasilkan peternak akan terus kalah bersaing," ujar Aditya.

Karenanya, guna mewujudkan upaya ekspor tersebut, Aditya mendorong peternak untuk dapat meningkatkan bobot domba, pakan dan kesehatan domba, obat, vitamin, penanganan penyakit, hingga manajemen yang bagus.

Dengan demikian, produk ternak yang dihasilkan dapat lebih berkualitas, sehingga layak untuk bersaing di pasar ekspor.

Dengan kualitas mulai dari bibit yang bagus, maka otomatis selama 11 bulan menunggu sampai panen, domba yang dihasilkan tubuhnya besar dan dagingnya lebih mahal. Sehingga, indeks pembangunan manusia naik (IPM) di daerah naik, dan masyarakat lebih sejahtera.

"Kalau jual domba lokal yang kecil kan nggak seberapa duitnya. Harga murah per kg, tukang sate hanya butuh yang beratnya 25-30 kg. Tapi kalau ekspor kan sekitar 40 kg. Nah itu semangat untuk mendorong ke sana harus kompak," ujar Aditya.

Selain itu, dikatakan Aditya, impor daging juga harus ditahan agar jangan sampai melukai hati para peternak mengingat mereka juga harus menjaga kualitas pendapatannya.

Dikatakannya, UMS harus turut berperan dalam bidang ketahanan pangan. UMS bisa melakukan riset tentang ketahanan pangan dengan basis bertumbuhnya peternak di seluruh Indonesia. 
Aditya melalui IKA UMS Riset, mendorong UMS agar lebih peduli untuk pertumbuhan ekonomi, salah satunya pengembangan SDM, terutama peternak muda melalui riset-riset dari UMS.

Mengenai suplai daging domba dan kambing di dalam negeri, Aditya mengaku tidak memiliki data. Namun yang jelas, suplai masih sangat kurang sehingga peternak memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memenuhi konsumsi di dalam negeri.

"Kebutuhan di dalam negeri masih kurang banyak (suplai dari peternak lokal). Saya tidak tahu angkanya, tapi saya dengar masih di bawah 10 persen," ujar Aditya.

Ditambahkannya, meningkatkan literasi masyarakat tentang ternak domba saat ini sangat penting. UMS bisa berperan melakukan riset dan kajian akademis agar masyarakat tahu bahwa secara ilmiah beternak domba sangat menguntungkan.

Di lain pihak, menurut Direktur Pasca Sarjana UMS sekaligus Dewan Pembina IKA UMS, Farid Wajdi, UMS sangat perhatian masalah yang berkaitan dengan problem di masyarakat, khususnya di bidang pangan.

Meski di UMS tidak memiliki Fakultas Peternakan, namun melalui tinjauan ke petenak domba secara langsung, pihaknya bisa mengerti dari sisi mana UMS dapat ikut berpartisipasi meskipun tidak langsung di bidang akademik keilmuan peternakan.

"Secara multi disiplin bisa di bidang ekonomi, pangan, distribusi, teknologi dan sentuhan lainnya," ujar Farid.

Dengan tinjauan langsung ke lapangan, pihaknya bisa mengetahui persoalan teknis di lapangan. Dari problem di lapangan yang didapatkan, UMS bisa bermitra dengan perguruan tinggi yang lain guna membahas persoalan secara nasional di tingkat kebijakan pusat.

"Dari situ kami berharap dapat berperan menyelesaikan persoalan para peternak yang bukan sekedar pedagang domba atau kambing," ujar Farid.

Farid juga mengungkapkan bahwa pengembangan peternakan domba di Indonesia sangat terbuka lebar. Masyarakat secara luas dapat ikut berpartipasi dibanding dengan peternakan sapi.

"Kalau sapi membutuhkan biaya yang tinggi, dan modal besar. Kalau domba, biaya relatif lebih kecil dan banyak pihak yang bisa ikut terlibat," ujar Farid.

Sedangkan kendala yang dihadapi saat ini adalah pemahaman dan pengetahuan tentang beternak domba yang menguntungkan belum banyak diketahui masyarakat. Dari sisi ini UMS nantinya akan berperan agar peternakan domba bisa berkembang lebih baik.

(taufan sukma)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |