Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Ini, Sanggup Menguat?

1 day ago 1

Harga emas memulai 2025 dengan lebih tenang, bergerak stabil di kisaran USD2.600 per troy ons usai mencatat kenaikan tahunan terbaik selama 2024.

Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Ini, Sanggup Menguat? (Foto: Freepik)

Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Ini, Sanggup Menguat? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga emas memulai 2025 dengan lebih tenang, bergerak stabil di kisaran USD2.600 per troy ons usai mencatat kenaikan tahunan terbaik dalam 14 tahun terakhir selama 2024.

Menurut data pasar, emas spot (XAU) melemah 0,70 persen secara harian ke USD2.639,72 per troy ons pada Jumat (3/1/2025) pekan lalu.

Sementara, dalam sepekan, emas menguat tipis 0,67 persen.

Mengutip laporan Kitco, Sabtu (4/1), selama dua pekan libur akhir tahun, emas diperdagangkan dalam rentang sempit.

Namun, seiring kembalinya aktivitas pasar pada Senin ini, analis mengingatkan bahwa logam mulia ini masih menghadapi beberapa tantangan besar.

Data ekonomi yang solid mendukung penguatan dolar Amerika Serikat (AS), yang saat ini berada di level tertinggi dalam 25 bulan terakhir terhadap sejumlah mata uang utama.

Senior Market Analyst di Trade Nation, David Morrison, dalam catatannya pada Jumat lalu menyebut bahwa momentum bullish mulai terbentuk untuk emas dan perak. Namun, ia tetap memantau dampak dolar AS terhadap pergerakan harga pekan ini.

“Menarik untuk melihat apakah [emas dan perak] dapat melanjutkan penguatan dari sini, bahkan dengan dolar yang berada di level tertinggi dua tahun,” ujarnya.

Meski dolar AS menjadi tantangan bagi emas, Chief Market Analyst di FxPro, Alex Kuptsikevich, mencatat bahwa ada momen di mana emas dan dolar dapat bergerak seiring.

“Tekanan pada aset berisiko pada 31 Desember dan 2 Januari, termasuk kenaikan 1,5 persen dolar dalam periode tersebut, tidak menghalangi penguatan emas. Meskipun amplitudo pasar tetap rendah, kenaikan dolar dan emas secara bersamaan ketika ekuitas melemah adalah ciri dari periode daya tarik aset safe haven,” kata Kuptsikevich dalam catatannya.

Namun, ia juga menyoroti bahwa pergerakan harga emas saat ini memberikan sinyal teknikal bearish.

“Emas menguji rata-rata pergerakan 50 hari pada sesi perdagangan pertama tahun ini. Penurunan di bawah level ini pada November memutus tren naik dan membuat emas memasuki fase konsolidasi setelah reli 12 bulan lebih dari 50 persen,” ujarnya.

“Kegagalan untuk tetap di atas kurva ini pada November, Desember, dan awal Januari tampaknya menjadi sinyal bearish: terlalu banyak penjual yang ingin mengambil keuntungan.”

Secara teknikal, emas memiliki bias netral hingga bullish dalam jangka pendek. Jika harga tetap di atas USD2.635, momentum beli akan mendorong harga ke resistance USD2.665 atau lebih tinggi.

Trader perlu memantau level USD2.635 sebagai pivot untuk menentukan arah selanjutnya.

Sedangkan, dalam jangka menengah, tren utama tetap naik, selama harga tidak menembus USD2.600. Penguatan lebih lanjut dapat terlihat jika resistance ditembus.

Di sisi lain, beberapa analis dan ekonom menyebutkan bahwa pekan ini dapat menentukan arah dolar AS dan emas pada kuartal pertama tahun ini, terutama karena pasar akan menerima data ketenagakerjaan yang penting.

Meskipun data ekonomi yang kuat diperkirakan memperkuat dolar AS, analis menegaskan bahwa setiap pelemahan emas dapat dipandang sebagai peluang beli.

David Miller, Chief Investment Officer dan Senior Portfolio Manager di Catalyst Funds, menyatakan tetap optimistis terhadap emas tahun ini.

“Harga emas berada di atas USD2.600 per troy ons, dan ada alasan kuat untuk percaya bahwa tren penguatan emas pada 2024 akan berlanjut ke 2025,” katanya kepada Kitco News.

“Negara-negara BRICS tidak lagi percaya pada USDsetelah AS dan Eropa memanfaatkan sistem SWIFT untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Mereka mengalihkan cadangan dolar mereka ke emas yang dapat dipegang secara fisik dan tidak dapat disita. Tren ini diperkirakan berlanjut pada 2025,” tuturnya.

“Selain itu, Biro Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan defisit pemerintah USD1,9 triliun pada 2025, yang secara fundamental melemahkan dolar seiring terus bertambahnya utang pemerintah setiap tahun.”

Pekan ini, sejumlah data ekonomi penting, terutama dari AS, akan dirilis dan diperkirakan dapat memengaruhi pasar.

Pada Selasa, perhatian akan tertuju pada PMI Sektor Jasa ISM dan laporan Pembukaan Lapangan Kerja JOLTS.

Kemudian, Rabu akan menghadirkan data ketenagakerjaan ADP serta risalah rapat terakhir FOMC.

Pada Kamis, pasar akan mencermati klaim pengangguran mingguan, sementara Jumat menjadi puncaknya dengan rilis Nonfarm Payrolls (NFP) dan pratinjau Sentimen Konsumen dari Universitas Michigan. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |