Harga minyak naik pada Jumat (3/1/2025) dan menguat selama pekan lalu, didorong oleh cuaca dingin di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Prospek Harga Minyak di Pekan Ini usai Reli Kenaikan Berhari-hari. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga minyak naik pada Jumat (3/1/2025) dan menguat selama pekan lalu, didorong oleh cuaca dingin di Eropa dan Amerika Serikat (AS) serta rencana stimulus ekonomi tambahan dari China.
Kontrak berjangka (futures) Brent ditutup naik 0,8 persen menjadi USD76,51 per barel, level tertinggi sejak 14 Oktober. Sementara, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 1,13 persen menjadi USD73,96 per barel, tertinggi sejak 11 Oktober.
Sepanjang pekan, Brent mencatatkan kenaikan 2,4 persen, sementara WTI melonjak hampir 5 persen.
Tanda-tanda perlambatan ekonomi di China meningkatkan ekspektasi langkah-langkah kebijakan untuk mendukung pertumbuhan di negara importir minyak terbesar dunia.
"China terus melakukan berbagai pengumuman untuk mendorong aktivitas ekonomi, dan pasar mulai merespons hal ini," kata analis Again Capital, New York, John Kilduff.
Dia menambahkan, kekhawatiran terhadap permintaan dari China menjadi salah satu faktor utama asumsi permintaan yang melemah tahun lalu.
China pekan ini mengumumkan beberapa langkah baru untuk mendukung pertumbuhan, termasuk kenaikan upah bagi pegawai pemerintah secara mendadak dan peningkatan signifikan pendanaan melalui obligasi pemerintah jangka panjang.
Dana tambahan ini diproyeksikan digunakan untuk mendorong investasi bisnis serta inisiatif yang mendukung konsumsi masyarakat.
Permintaan minyak juga diperkirakan mendapat dorongan dari kebutuhan akan minyak pemanas menyusul prakiraan cuaca dingin di beberapa wilayah.
"Permintaan minyak kemungkinan meningkat akibat suhu dingin yang melanda Eropa dan AS," ujar analis UBS, Giovanni Staunovo.
Faktor lain yang mendukung harga adalah penurunan jumlah rig minyak AS, yang menjadi indikator output masa depan, sebanyak satu rig menjadi total 482 rig pekan ini, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Persediaan minyak mentah AS turun sebesar 1,2 juta barel menjadi 415,6 juta barel pekan lalu, berdasarkan data dari EIA. Sementara itu, stok bensin dan distilat AS meningkat karena kilang meningkatkan produksi, meskipun permintaan bahan bakar mencapai level terendah dalam dua tahun.
Namun, kenaikan harga tertahan oleh penguatan dolar AS, yang mencatatkan pekan terbaiknya dalam sekitar dua bulan terakhir, meski sedikit melemah pada Jumat.
Penguatan ini didukung ekspektasi bahwa ekonomi AS akan tetap unggul dibanding negara lain tahun ini, dengan tingkat suku bunga yang diperkirakan tetap relatif tinggi.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan permintaan minyak.
Secara teknikal, dalam jangka pendek, momentum naik tetap dominan selama harga minyak Brent tidak menembus USD74,50. Target kenaikan ada di sekitar USD77,00 - USD78,00.
Level USD74,50 menjadi support terdekat yang merupakan area konsolidasi dan base dari pergerakan bullish baru-baru ini.
Kemudian, area USD72,00 - USD72,50 menjadi support yang lebih kuat jika terjadi koreksi signifikan, mengingat level ini sebelumnya menjadi area akumulasi pembeli. (Aldo Fernando)