Prospek Harga Minyak di 2025, Bergerak di Kisaran USD70 per Barel?

1 month ago 26

Harga minyak global turun sekitar 3 persen sepanjang 2024, menandai penurunan dua tahun berturut-turut.

Prospek Harga Minyak di 2025, Bergerak di Kisaran USD70 per Barel? (Foto: Freepik)

Prospek Harga Minyak di 2025, Bergerak di Kisaran USD70 per Barel? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak global turun sekitar 3 persen sepanjang 2024, menandai penurunan dua tahun berturut-turut.

Pemulihan permintaan pasca-pandemi yang melambat, perekonomian China yang menghadapi tekanan, serta peningkatan produksi minyak mentah oleh AS dan negara-negara non-OPEC lainnya memperburuk pasokan pasar global yang melimpah.

Pada perdagangan Selasa (31/12/2024), hari terakhir di 2024 Brent crude futures naik 65 sen atau 0,88 persen menjadi USD74,64 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) crude naik 73 sen atau 1,03 persen menjadi USD71,72 per barel.

Namun, Brent tercatat turun sekitar 3 persen dibandingkan harga penutupan akhir 2023 di USD77,04, sementara WTI relatif datar selama 2024 dibandingkan 2023.

Pada September, harga Brent sempat turun di bawah USD70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021.

Pada 2024, harga Brent secara umum diperdagangkan di bawah level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, seiring meredanya rebound permintaan pasca-pandemi dan dampak dari guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.

Menurut jajak pendapat bulanan Reuters, harga minyak diperkirakan berada di sekitar USD70 per barel pada 2025, didorong lemahnya permintaan dari China dan meningkatnya pasokan global yang mengimbangi upaya OPEC+ untuk menstabilkan pasar.

Sementara, survei terbaru The Wall Street Journal menunjukkan harga rata-rata minyak Brent diproyeksikan mencapai USD71,57 per barel pada 2025, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di USD74,44 per barel.

Di sisi lain, minyak West Texas Intermediate (WTI) diproyeksi rata-rata di USD67,44 per barel, turun dari perkiraan November sebesar USD69,67 per barel.

Faktor utama yang mendasari prediksi ini adalah ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, yang diperkirakan terus mendominasi pasar minyak global sepanjang 2024.

Lemahnya prospek permintaan China memaksa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024 dan 2025.

IEA memprediksi pasar minyak akan memasuki surplus pada 2025, meskipun OPEC dan sekutunya menunda rencana peningkatan produksi hingga April 2025 di tengah tren penurunan harga.

Produksi minyak Amerika Serikat (AS) naik 259.000 barel per hari (bph) pada Oktober, mencapai rekor tertinggi 13,46 juta bph, menurut data Administrasi Informasi Energi AS (EIA). Produksi ini diperkirakan mencapai rekor baru 13,52 juta bph pada 2025.

Proyeksi Ekonomi dan Kebijakan

Investor akan mencermati prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) untuk 2025, setelah bank sentral memproyeksikan jalur pelonggaran yang lebih lambat akibat inflasi yang masih tinggi.

Suku bunga rendah umumnya mendorong pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan energi.

Namun, kebijakan presiden terpilih AS Donald Trump dapat memperketat pasokan tahun ini, terutama terkait sanksi.

Trump telah menyerukan gencatan senjata segera dalam perang Rusia-Ukraina dan kemungkinan menerapkan kembali kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran, yang dapat berdampak besar pada pasar minyak.

"Jika sanksi lebih ketat terhadap minyak Iran diterapkan setelah Trump menjabat bulan depan, pasar minyak bisa menjadi jauh lebih ketat memasuki tahun baru," kata analis senior Price Futures Group, Phil Flynn. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |