Reli kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhenti seiring tekanan jual yang besar di saham-saham unggulan (blue chip), terutama bank-bank kakap.
IHSG Turun Lebih dari 1 Persen, Saham Bank Besar Jadi Beban. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Reli kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhenti seiring tekanan jual yang besar di saham-saham unggulan (blue chip), terutama bank-bank kakap.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup turun 1,42 persen menjadi 6.827,75. Sebanyak 400 saham turun, 249 saham naik, dan 311 sisanya stagnan.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp14,79 triliun dan volume perdagangan 36,47 miliar saham.
Dengan ini, IHSG menghentikan reli kenaikan 8 hari beruntun.
Dalam sebulan, indeks acuan tersebut melesat 13,87 persen, berusaha pulih dari tekanan tajam yang sempat melanda pasar global beberapa bulan sebelumnya.
Penurunan IHSG hari ini turut disebabkan aksi jual yang tinggi di saham-saham bank papan atas. Saham PT Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), misalnya, merosot 3,23 persen. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terkoreksi 3,07 persen.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) masing-masing terdepresiasi 1,10 persen dan 0,96 persen.
Belum lagi, saham bank syariah pelat merah, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), yang tergelincir 5,86 persen.
Selain saham-saham bank kenamaan, saham emiten big cap milik konglomerat juga turut membebani indeks. Sebut saja, saham emiten properti milik pengusaha Aguan dan Grup Salim, PANI, tumbang 4,14 persen.
Nama lainnya, saham emiten geotermal besutan Prajogo Pangestu, BREN, melemah 2,46 persen. Saham big cap milik Prajogo lainnya, TPIA, melorot 1,66 persen.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, koreksi IHSG terjadi setelah mendekati area resistance 7.000.
"IHSG menyentuh resistance dari angka 7.000, sehingga koreksi [bank-bank besar] yang terjadi saat ini adalah wajar," kata Michael kepada IDXChannel, Kamis (8/5).
Michael menambahkan, kenaikan IHSG baru-baru ini dipicu oleh peralihan dana dari investor Asia yang sebelumnya menanamkan modal di bursa Amerika Serikat (AS).
“Banyak investor Asia mengalihkan dananya kembali ke Asia karena pasar modal AS dinilai berisiko secara politik dan ekonomi,” kata Michael, Kamis (8/5/2025).
Ia mencatat, bursa saham AS saat ini menguasai sekitar 65 persen dana moneter global di pasar modal. “Dan nilai ini besar,” ujarnya.
Michael menambahkan, investor perlu mencermati stabilitas rupiah dengan memperhatikan beberapa indikator seperti indeks dolar AS (DXY) serta imbal hasil obligasi pemerintah yang kini berada di angka 6,9 persen.
“Tahun ini juga menjadi momen pembuktian bagi pemerintahan baru untuk memberikan angka-angka [ekonomi] yang lebih baik, terutama data inflasi dan permintaan domestik,” ujarnya.
Secara teknikal, menurut Michael, IHSG saat ini berada di area resistance yang cukup kuat pada kisaran 6.900–7.000.
“Angka 7.000 merupakan resistance psikologis yang akan menjadi halangan besar bagi IHSG. Area support kuat IHSG berada di 6.707 di Mei. Dengan mampu mempertahankan penutupan IHSG di atas 6.707 memberikan indikasi potensi untuk angka 7.000 berhasil ditembus (break),” tutur Michael.
Suku Bunga dan Tarif
Melansir MT Newswires, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen untuk pertemuan ketiga berturut-turut. Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) AS telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada September, diikuti 25 basis poin pada November dan Desember.
The Fed menyuarakan sikap hati-hati di tengah ketidakpastian akibat tarif dagang.
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral belum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga secara pre-emptive untuk merespons potensi dampak ekonomi dari tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Bulan lalu, Trump mengumumkan jeda tarif selama 90 hari terhadap negara-negara yang tidak membalas kebijakan tarif AS. Washington dan China masih menemui jalan buntu dalam pembicaraan tarif, meskipun pertemuan antara pejabat kedua negara dijadwalkan berlangsung di Swiss akhir pekan ini. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.