Kontrak berjangka (futures) minyak Brent naik 0,5 persen dan ditutup di level USD66,9 per barel pada Jumat (25/4/2025).
Harga Minyak Melemah Pekan Ini, Kekhawatiran Pasokan dan Tarif Bayangi Pasar. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) minyak Brent naik 0,5 persen dan ditutup di level USD66,9 per barel pada Jumat (25/4/2025). Namun, tetap membukukan penurunan mingguan lebih dari 2 persen.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga menguat hampir 0,4 persen ke USD63 per barel pada Jumat, tetapi tetap merosot lebih dari 1 persen dalam sepekan.
Pelemahan kedua kontrak minyak acuan tersebut di tengah kekhawatiran berkelanjutan soal kelebihan pasokan dan ketidakpastian negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Sentimen pasar tetap berhati-hati meski muncul laporan bahwa AS dan Rusia menunjukkan kemajuan menuju penyelesaian konflik di Ukraina, walau sejumlah kesepakatan penting belum tercapai.
Di sisi lain, beberapa anggota OPEC+ diperkirakan mendorong percepatan kenaikan produksi untuk bulan kedua berturut-turut pada Juni. Kazakhstan, salah satu anggota utama aliansi tersebut, mengisyaratkan akan mengedepankan kepentingan nasional dan tidak memangkas produksi dari ladang-ladang utamanya.
“Tindakan menentang ini mengarah pada ketidakseimbangan pasokan minyak yang lebih longgar. Lebih penting lagi, ini menunjukkan bahwa Kazakhstan secara de facto tidak lagi mengikuti peran sebagai anggota OPEC+, meskipun secara resmi masih tergabung dalam aliansi,” kata PVM Oil Associates.
“Jika digabung dengan kabar mengejutkan dari OPEC+ yang sedang mempertimbangkan untuk mempercepat kenaikan produksi di bulan Juni, kekhawatiran soal kohesi internal kelompok ini makin membesar. Implikasinya bisa berupa kepatuhan kuota yang longgar di seluruh aliansi, atau bahkan perang pasokan antaranggota,” ujarnya.
Pernyataan yang saling bertentangan antara Washington dan Beijing mengenai negosiasi tarif turut memperbesar volatilitas pasar, meski ada indikasi bahwa China dapat melonggarkan sebagian bea masuk untuk barang asal AS.
Ketegangan geopolitik juga meningkat setelah AS menjatuhkan sanksi baru terhadap tokoh penting Iran yang terlibat dalam pengiriman minyak mentah dan LPG.
Menurut Peperstone, harga minyak ditutup melemah secara mingguan karena kekhawatiran soal kelebihan pasokan dan perpecahan di internal OPEC+ menutupi sinyal membaiknya hubungan dagang, terutama antara AS dan China.
“Kekhawatiran pasokan meningkat seiring fokus pelaku pasar pada soliditas OPEC+,” kata analis Pepperstone, Quasar Elizundia, dikutip Dow Jones Newswires.
Ia juga menambahkan, ketidakpastian hubungan dagang AS-China masih menekan sentimen, dan potensi kesepakatan nuklir antara AS dan Iran juga bisa memicu tambahan pasokan minyak mentah ke pasar. (Aldo Fernando)