Saham emiten tambang emas memberikan keuntungan tinggi bagi para investornya sepanjang pekan lalu di tengah logam mulia acuannya kembali menembus rekor anyar.
Harga Emas Berkilau, Saham BRMS hingga PSAB Beri Cuan Jumbo. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten tambang emas memberikan keuntungan tinggi bagi para investornya sepanjang pekan lalu di tengah logam mulia acuannya kembali menembus rekor anyar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) meningkat 6 hari beruntun, mengimplikasikan kenaikan 39,39 persen dalam sepekan.
Selain PSAB, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) tumbuh tinggi, yakni 23,36 persen dalam sepekan, berkat kenaikan tajam 17,48 persen pada Kamis.
Setali tiga uang, saham AMMN naik 7,10 persen, saham HRTA terapresiasi 7,66 persen, ARCI 5,48 persen, ANTM 3,83 persen, UNTR 2,20 persen dalam sepekan.
Harga emas dunia mencapai rekor tertinggi baru (new all-time high/ATH) pada Jumat (18/10/2024), didorong oleh pelemahan dolar Amerika Setikat (AS) dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah.
Sementara, ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan permintaan aset safe-haven terus memberikan katalis positif.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) ditutup naik 1,07 persen ke level USD2.721,90 per troy ons, memecahkan rekor demi rekor selama sepekan.
Harga emas menguat empat hari beruntun di pekan ini.
Alhasil, dalam sepekan harga logam mulia tersebut meningkat 3,55 persen.
Dalam sebulan terakhir, harga emas telah meningkat 6,36 persen, seiring dengan langkah bank sentral di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa yang memangkas suku bunga.
Kebijakan ini mengurangi biaya untuk memegang emas, sementara permintaan safe-haven juga terus mendukung pergerakan harga.
Saxo Bank mengamati, dikutip MT Newswires, Jumat (18/10), kenaikan harga emas saat ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketegangan geopolitik dan ketidakpastian terkait pemilihan presiden (pilpres) AS yang akan datang.
Indeks dolar AS turun, dengan ICE Dollar Index terakhir tercatat melemah 0,31 poin menjadi 103,52.
Imbal hasil obligasi AS juga mengalami penurunan, di mana obligasi dua tahun terakhir tercatat membayar 3,976 persen, terkoreksi 0,65 basis poin, sedangkan imbal hasil obligasi 10 tahun melemah 1,6 poin menjadi 4,08 persen.
Managing Partner di Sprott, Ryan McIntyre, dilansir dari Dow Jones Newswires, Jumat (18/10), menyatakan, emas kemungkinan akan berkinerja baik dalam jangka panjang.
Hal tersebut, kata McIntyre, didukung oleh tren utama seperti pelemahan nilai dolar AS, ketidakstabilan fiskal di banyak negara Barat, serta kebutuhan global akan aset yang independen dari lembaga keuangan dan aset lainnya.
McIntyre menambahkan, permintaan fisik emas—berbeda dengan permintaan investor—kemungkinan lemah karena harga emas yang tinggi dan kenaikan tajam belakangan ini.
Namun, sebagian besar pergerakan harga emas saat ini didorong oleh hedge fund.
Berdasarkan laporan terbaru dari World Gold Council, exchange-traded fund (ETF) emas global menambahkan 5 persen aset selama bulan September, sehingga total aset emas yang dikelola mencapai puncak bulanan sebesar USD271 miliar, dengan kontribusi terbesar berasal dari fund di Amerika Utara.
Macquarie mencatat, prospek fiskal yang menantang di banyak pasar negara maju merupakan fitur struktural utama yang mendukung pasar emas saat ini. Selain itu, pemilu AS yang semakin dekat juga menambah ketidakpastian. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.