Google Minta Karyawan Kembali Ngantor Jika Tak Mau Dipecat

3 hours ago 1

Jakarta -

Lima tahun sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, Google mulai memperketat kebijakan kerja jarak jauh. Perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat itu meminta sebagian karyawannya yang bekerja secara remote untuk kembali ke kantor jika ingin mempertahankan pekerjaannya.

Mengutip laporan CNBC, Kamis (24/4/2025), beberapa divisi di Google telah menyampaikan kepada karyawan bahwa posisi mereka terancam jika tidak bersedia bekerja secara hybrid, yakni masuk ke kantor minimal tiga hari dalam seminggu. Padahal, sebagian dari mereka sebelumnya telah mendapat persetujuan untuk bekerja secara penuh dari rumah.

Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya efisiensi biaya di tengah meningkatnya persaingan di industri kecerdasan buatan (AI), yang menuntut investasi besar, baik dari sisi infrastruktur maupun talenta teknis. Sejak melakukan PHK besar-besaran pada awal 2023, Google terus melakukan pemangkasan tim di berbagai divisi dan mendorong percepatan inovasi di bidang AI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal 2025, Google juga mulai menawarkan program pengunduran diri sukarela kepada karyawan tetap di AS. Bagi sebagian karyawan remote, mengikuti program ini menjadi satu-satunya opsi jika menolak kembali ke kantor.

Juru bicara Google, Courtenay Mencini, menjelaskan kebijakan ini tidak diterapkan secara menyeluruh, tergantung pada kebijakan masing-masing tim. "Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, kolaborasi langsung merupakan bagian penting dalam proses inovasi dan penyelesaian masalah kompleks," ujar Mencini dalam pernyataannya.

Salah satu divisi yang terdampak adalah Google Technical Services. Karyawan remote di divisi ini diminta beralih ke sistem kerja hybrid atau memilih mengundurkan diri secara sukarela. Bagi yang ingin tetap bekerja, Google menawarkan bantuan biaya relokasi satu kali untuk pindah ke lokasi dalam radius 80 kilometer dari kantor.

Sementara itu, karyawan di bagian SDM yang tinggal dalam jarak 80 km dari kantor diwajibkan untuk mengikuti sistem kerja hybrid paling lambat bulan Juni. Jika tidak, maka posisi mereka akan dihapus. Bagi yang tinggal lebih dari 80 km dari kantor dan telah disetujui bekerja jarak jauh, diperbolehkan tetap dengan pengaturan tersebut. Namun, jika ingin pindah ke posisi lain di dalam perusahaan, mereka harus bersedia bekerja hybrid.

Langkah ini juga sejalan dengan penggabungan unit Android dan perangkat keras (hardware) di bawah kepemimpinan Rick Osterloh. Dalam pernyataannya pada Januari lalu, Osterloh menyebut bahwa program pengunduran diri sukarela bisa menjadi solusi bagi karyawan yang kesulitan menyesuaikan diri dengan sistem kerja hybrid.

Google juga menegaskan bahwa program ini bukan berarti perusahaan berhenti merekrut. Menurut Mencini, Google masih terus membuka lowongan baik di AS maupun secara global.

Hingga akhir 2024, jumlah karyawan Google tercatat sebanyak 183.000 orang, menurun dari sekitar 190.000 dua tahun sebelumnya.

(fdl/fdl)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |