Petugas Satgas Pangan mengecek data stok beras di PIBC Jakarta, Rabu (4/6). Hasil investigasi awal menunjukkan ketidaksesuaian data pengeluaran. Agung Pambudhy/detikcom
Satgas Pangan menyatakan data pengeluaran beras pada 28 Mei 2025 sebesar 11.410 ton tidak berasal dari perhitungan riil, melainkan hasil selisih manual. Chelsea Olivia Daffa/detikcom
Dalam pemeriksaan lapangan, penghitungan stok beras ditemukan hanya bersumber dari laporan toko tanpa verifikasi langsung ke gudang. Chelsea Olivia Daffa/detikcom
Data valid yang diverifikasi oleh tim Satgas justru menunjukkan pengeluaran harian hanya 2.368 ton, jauh di bawah angka yang ditayangkan. Pradita Utama/detikcom
Penggunaan kendaraan pribadi untuk distribusi beras dalam volume kecil seperti motor dan bajaj tidak tercatat dalam sistem pencatatan resmi. Pradita Utama/detikcom
Satgas menemukan bahwa penghitungan stok terakhir dilakukan pada Oktober 2023, dan baru dilakukan kembali pada Mei 2025 karena tekanan dinamika pasar. Pradita Utama/detikcom
Ketiadaan SOP stok opname di lingkungan PIBC dinilai menjadi salah satu penyebab kekacauan data dan lemahnya pengawasan rantai distribusi. Pradita Utama/detikcom
Kunjungan ke tiga toko besar di Cipinang memastikan tidak ada lonjakan distribusi pada akhir Mei, dan harga beras medium naik secara wajar. Agung Pambudhy/detikcom
Satgas menduga kuat adanya unsur kesengajaan dalam manipulasi data, yang bisa mengganggu ketahanan pangan dan psikologis masyarakat. Agung Pambudhy/detikcom
Satgas Pangan berkomitmen terus menyelidiki dugaan praktik monopoli dan percaloan, serta menyiapkan langkah hukum terhadap pelaku manipulasi. Pradita Utama/detikcom