Jakarta -
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menggandeng PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk mengembangkan hilirisasi batu bara. Dalam hal ini, kedua perusahaan itu hendak mengubah batu bara menjadi Substitute Natural Gas (SNG).
Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafli Yandra, mengatakan kerja sama tersebut ditandai oleh penandatanganan MoU yang dilakukan bersama PGN. Namun begitu, pengembangan SNG belum dapat dipastikan.
"Pengembangannya mungkin tergantung kesiapan kita berdua. Kita ada kesepakatan bersama, kapan kita siapnya," kata Rafli kepada wartawan di Westin Hotel, Jakarta, Senin (14/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rafli mengatakan, pengembangan SNG masih dalam tahap kajian PTBA dan PGN. Ia juga menyebut, pengembangan SNG ada di luar proyek pengembangan Dimethyl Ether (DME).
"Karena kita kan ada program monetisasi batu bara yang cadangannya cukup gede, sehingga kita butuh percepatan, sehingga kalau hanya mengandalkan untuk penjualan, kita butuh lagi yang lain-lainnya dan selaras program hilirisasi," ungkapnya.
Dalam kesempatan berbeda, Rafli mengatakan PTBA melakukan pengembangan hilirisasi batu bara bersama sejumlah pihak, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hingga Universitas Gadjah Mada (UGM). Kerja sama ini juga tidak terbatas pada komoditas DME dan SGN, melainkan juga Artificial Graphite.
"Khusus untuk gasifikasi, untuk beberapa tahun, dan sampai saat ini kami masih mendiskusikan untuk melakukan kerjasama dengan PGN untuk batubara menjadi SNG," kata Rafli dalam konferensi persnya Kinerja FY 2024 PTBA di Westin Hotel, Jakarta.
Rafli menambahkan, PTBA tetap berkomitmen dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi batu bara dan menjaga ketahanan energi nasional sesuai dengan arahan pemerintah.
Untuk diketahui, hilirisasi menjadi salah satu langkah yang didorong pemerintah Presiden Prabowo Subianto. Melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), pemerintah akan mendanai sejumlah proyek hilirisasi.
Berdasarkan catatan detikcom, tercatat sebanyak 21 proyek hilirisasi yang akan didanai Danantara dengan nilai investasi mencapai US$ 45 miliar. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, ada proyek investasi senilai US$ 618 miliar atau sekitar Rp 8.892 triliun yang akan digarap pemerintah. Namun di tahap awal, 21 proyek akan digarap terlebih dahulu.
"Kami paparkan kurang lebih sekitar 21 proyek pada tahap pertama yang total investasinya kurang lebih sekitar US$ 45 miliar dan tadi kita sudah melakukan pembahasan secara detil, termasuk di dalamnya adalah nama-nama proyek investasi apa saja yang akan kita lakukan," kata Bahlil, di Istana Kepresidenan, Senin (3/3/2025) malam.
Lihat juga video: Anugerah Ekonomi Hijau: PGN hingga Wuling Sabet Kategori Program Ramah Lingkungan
(fdl/fdl)