Penjualan tiket film di Amerika Serikat (AS) sedikit terpukul pada 2024 dengan pendapatan box office domestik diperkirakan mencapai sekitar USD8,75 miliar.
Film Disney Laris Manis di 2024, Topang Pendapatan Industri Perfilman. (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Penjualan tiket film di Amerika Serikat (AS) sedikit terpukul pada 2024 dengan pendapatan box office domestik diperkirakan mencapai sekitar USD8,75 miliar. Angka tersebut turun lebih dari 3 persen dibandingkan 2023, menurut perkiraan dari Comscore.
Pendapatan ini tidak separah pada tahun-tahun pandemi, tetapi juga tidak mendekati normal pra-pandemi ketika pendapatan box office tahunan secara teratur melampaui USD11 miliar. Namun, pendapatan tersebut tidak seburuk yang diperkirakan pada analis.
“Ini benar-benar kisah kebangkitan yang luar biasa bagi industri ini. Hanya beberapa bulan yang lalu, muncul pertanyaan apakah kita akan mencapai USD8 miliar untuk tahun ini,” kata analis media senior untuk Comscore, Paul Dergarabedian, dikutip dari AP, Kamis (2/1/2025).
Sebab, industri film sempat mengalami beberapa tantangan sepanjang 2024. Salah satunya pemogokan pekerja Hollywood pada 2023 yang berdampak pada penundaan produksi dan perilisan film baru di 2024.
Berikut sejumlah tantangan industri film Hollywood:
Dampak Pemogokan Pekerja
Pemogokan pekerja di Hollywood mungkin telah berakhir pada 2023, tetapi efek berantai dari penghentian kerja dan kebuntuan kontrak menunjukkan dampak nyatanya pada kalender rilis film 2024.
Dua kuartal pertama 2024 merupakan waktu yang apling terdampak dengan penundaan film-film penting ke akhir tahun seperti "Deadpool & Wolverine," atau bahkan hingga 2025 seperti "Mission: Impossible 8".
Tanpa film Marvel yang memulai rilis film pada musim panas, pendapatan box office turun drastis 27,5 persen dari 2023 tepat sebelum "Inside Out 2" tayang di bioskop pada Juni 2024.
"Ini bisnis yang tidak dapat diprediksi tetapi berkembang pesat karena stabilitas. Ketika kalender rilis terganggu, momentumnya berhenti," kata Dergarabedian.
Film Animasi Mendominasi
Sepanjang 2024, film animasi terutama yang diberi peringkat Parenting Guidance Suggester (PG) berhasil dengan sangat baik, dimulai dengan film terbesar sepanjag 2024: "Inside Out 2," yang juga menjadi film animasi terbesar sepanjang masa, tanpa memperhitungkan inflasi.
Film keluarga dengan peringkat PG lainnya, termasuk "Despicable Me 4," "Moana 2," "Wicked," "Kung Fu Panda 4," "Sonic the Hedgehog 3," "Mufasa" dan "The Wild Robot", tercatat meraup lebih dari USD2,9 miliar pada 2024.
Menurut Comscor, nilai tersebut mencakup sekitar 33 persen dari pendapatan box office tahunan. Film dengan peringkat PG-13, sebaliknya, menghasilkan sekitar 30 persen dari penjualan tiket.
Dampak Disney
Walt Disney Co. kembali aktif merilis film pada 2024 dengan tiga dari lima film menduduki puncak box office pada 2024, yaitu "Inside Out 2," "Deadpool & Wolverine" dan "Moana 2."
Pada pertengahan Desember 2024, pendapatan domestik Disney melampaui angka USD2 miliar. Disney pun tercatat sebagai studio film yang konsisten mencapai raihan tersebut, yaitu pada 2019 dan 2022.
Divisi 20th Century milik Disney juga memainkan peran penting dengan merilis film "Alien: Romulus" dan "Kingdom of the Planet of the Apes."
"Ini industri yang berbeda ketika Disney berkomitmen untuk merilis film di bioskop," kata seorang eksekutif di perdagangan data dan analisis film The Boxoffice Company, Daniel Loria.
Film-film yang Gagal
Setiap tahun terdapat film-film yang mengalami kegagalan. Sony mengalami masa sulit dengan "Spider-Man", "Madame Web", dan "Kraven the Hunter". Sementara itu studio Universal memiliki harapan yang lebih tinggi lewat film "The Fall Guy," seperti halnya Warner Bros untuk "Furiosa: A Mad Max Saga" dan "Joker: Folie à Deux."
Lalu ada proyek-proyek yang didorong oleh para pembuat film yang gagal berhasil seperti "Horizon: An American Saga — Chapter 1" karya Kevin Costner dan "Megalopolis" karya Francis Ford Coppola.
"Film-film tersebut tidak dirilis dengan harapan yang besar, yang berarti bioskop tidak mengosongkan gedung dan menyediakan tiga auditorium per lokasi dengan harapan akan mendapatkan uang," Loria.
Loria menyebut tidak lakunya film-film tersebut bukan karena kejatuhan "Joker 2," yang diharapkan menghasilkan lebih dari USD1 miliar. Namun, Loria berpendapat minimnya waktu tayang bagi film-film tersebut.
“Jadwal rilis yang mengharuskan satu film tayang selama sebulan, itu tidak berlaku lagi,” tuturnya.
Penonton Menginginkan Pilihan Film yang Beragam
Adapun film yang berhasil sepanjang 2024 yaitu jajaran film yang memberi cerita beragam, dengan kesuksesan di Thanksgiving dan Natal sebagai contoh yang sempurna. Pada saat Thanksgiving, ada “Wicked,” “Gladiator II” dan “Moana 2.”
Pada libur Natal, ada “Mufasa,” “Sonic 3,” dan banyak film dewasa, termasuk “Nosferatu,” “A Complete Unknown” dan “Babygirl.”
Horor sering kali menjadi taruhan teraman untuk teater, tetapi tahun ini bahkan para veteran terkejut dengan betapa antusiasnya penonton, dengan film-film hit seperti "Longlegs," "Nosferatu," "Terrifier 3" dan "Smile 2" yang membuat orang-orang pergi ke bioskop.
Penonton datang untuk menonton film thriller yang cerdas, seperti "Conclave" dan film-film orisinal yang tak terduga, termasuk "Anora," "The Substance" dan "The Brutalist."
Nostalgia dan Rilis Ulang
Rilis ulang film-film di bioskop berkembang pesat tahun ini. Beberapa film yang paling sukses termasuk "Interstellar" karya Christopher Nolan, "Coraline" dan "The Phantom Menace."
“Ini menunjukkan kepada industri film sekali lagi bahwa penonton benar-benar memahami perbedaan antara pengalaman teater layar lebar bersama yang mereka idamkan, bahkan pada film yang sempat mereka tonton di rumah,” kata Nolan beberapa waktu lalu.
“Pengalaman teater yang kita semua tahu dan cintai itu begitu hebat dan mengasyikkan. Ini adalah demonstrasi yang sangat jelas tentang hal itu,” tambahnya.
Cara Pemasaran Viral
Industri film Hollywood tidak lepas dari kreativitas yang akhirnya menjadi viral. Terbukti sepanjang 2024, tempat popcorn yang bertemakan film yang sedang tayang menjadi pemasukan bagi industri film.
Dimulai dengan kreasi “Dune: Part 2”, kemudian “Deadpool & Wolverine”, hingga ember popcorn berbentu peti mati “Nosferatu” yang laris manis bahkan harga jualnya kembali (buyback) bisa lebih tinggi.
Loria pun menilai hal itu merupakan bagian dari tren yang telah diperhatikan bioskop sejak dibuka kembali selama pandemic. Meski jumlahpenonton bioskop tidak kembali seperti sebelum pandemi, tetapi para penonton yang kembali ke bioskop rela menghabiskan uang lebih banyak untuk tiket premium (seperti IMAX dan layar format besar lainnya) dan merchandise daripada sebelumnya.
(Febrina Ratna)