PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menelan kerugian triliunan rupiah pada tiga bulan pertama tahun ini.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menelan kerugian triliunan rupiah pada tiga bulan pertama tahun ini. (Foto: Dok. Garuda Indonesia)
IDXChannel - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menelan kerugian triliunan rupiah pada tiga bulan pertama tahun ini. Kerugian itu tidak terlepas dari tingginya beban keuangan akibat utang yang menumpuk.
Maskapai BUMN full-service itu mencatat rugi bersih USD75,93 juta, setara Rp1,25 triliun di kuartal I-2025. Meskipun begitu, kerugian Garuda menyusut 12,5 persen dibandingkan kuartal I-2024 yang mencapai USD86,8 juta.
Kerugian bersih tersebut terutama disebabkan oleh beban keuangan yang mencapai USD124,57 juta. Beban ini merupakan komitmen restrukturisasi pembiayaan perseroan sebagai bagian dari strategi turnaround jangka panjang.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani mengatakan, perseroan masih optimistis dengan kinerja Garuda meski secara keuangan masih membukukan kerugian. Secara operasional, dia melihat pertumbuhan yang cukup signifikan pada segmen komersial.
“Kami menyikapi tren pertumbuhan ini dengan optimisme. Kinerja charter yang melonjak menjadi katalis penting dalam memperkuat fondasi bisnis. Di saat yang sama, kami juga tengah mengakselerasi program optimalisasi kapasitas melalui penambahan armada, dengan target mencapai 100 pesawat hingga akhir 2025,” katanya lewat keterangan resmi, Selasa (6/5/2025).
Wamildan mengatakan, pendapatan dari segmen penerbangan tidak berjadwal (charter) di kuartal I-2025, naik hingga 92,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan positif ditopang peningkatan trafik pada pasar charter umrah.
“Penguatan kinerja charter ini menjadi pondasi penting dalam strategi diversifikasi pendapatan kami. Permintaan yang meningkat, khususnya pada segmen umrah dan perjalanan grup, turut memperkuat posisi Garuda sebagai penyedia layanan penerbangan yang adaptif terhadap dinamika pasar,” ujarnya.
Dia menyebut, pertumbuhan segmen ini ditunjang oleh pencatatan trafik penumpang charter selama kuartal 1/2025 sebesar 24.618 penumpang, tumbuh 104 persen. Raihan positif ini juga terefleksikan melalui sedikitnya 69 penerbangan yang utamanya turut dikontribusikan oleh penumpang charter umrah.
Secara keseluruhan, pendapatan operasional Garuda mencapai USD723,56 juta, naik 1,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain pertumbuhan dari charter, pendapatan ini juga ditopang oleh peningkatan volume penumpang dan kargo. Sepanjang Januari-Maret 2025, Garuda Indonesia mengangkut 5,12 juta penumpang, terdiri dari 2,64 juta penumpang Garuda Indonesia dan 2,48 juta penumpang Citilink.
"Tingkat keterisian kursi (seat load factor) tercatat sebesar 78,8 persen, naik 5 persen dibandingkan kuartal I-2024," ujar Wamildan.
Di sektor kargo, volume angkutan meningkat 5 persen menjadi 58.145 ton, yang terdiri dari 34.715 ton oleh Garuda Indonesia dan 23.430 ton oleh Citilink.
Di samping itu, Garuda Indonesia juga mencatatkan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar USD162,27 juta, meningkat 87,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini mencerminkan kinerja operasional perseroan sangat solid pada awal tahun.
(Rahmat Fiansyah)