Bursa saham Asia bergerak beragam pada awal Kamis (15/5/2025) seiring meredanya euforia pasar yang sempat menguat di awal pekan.
Bursa Asia Bergerak Variatif di Tengah Meredanya Euforia Pasar. (Foto: Reuters)
IDXChannel – Bursa saham Asia bergerak beragam pada awal Kamis (15/5/2025) seiring meredanya euforia pasar yang sempat menguat di awal pekan. Pelaku pasar kini menanti rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) untuk katalis selanjutnya.
Di Jepang, indeks Nikkei turun 1,11 persen, sedangkan Topix merosot 1,02 persen. Indeks KOSPI Korea Selatan melemah 0,12 persen, indeks blue-chip CSI 300 China terkoreksi 0,47 persen, dan Shanghai Composite tergerus 0,34 persen.
Berbeda, indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,26 persen, ASX 200 Australia tumbuh 0,05 persen dan STI Singapura terkerek 0,40 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tetap tinggi, dengan yield obligasi bertenor 10 tahun naik ke posisi tertinggi dalam satu bulan. Kenaikan ini sebagian dipicu kekhawatiran terhadap rencana anggaran Presiden AS Donald Trump yang diperkirakan menambah utang negara hingga triliunan dolar.
Di awal pekan, investor sempat disambut oleh sejumlah sentimen positif, mulai dari kesepakatan gencatan senjata dagang antara AS dan China hingga berbagai kesepakatan investasi dari Timur Tengah dalam tur Presiden Trump ke kawasan Teluk. Kabar-kabar tersebut sempat menyuntikkan optimisme ke pasar saham global yang tengah tertekan.
Namun, optimisme tersebut mulai memudar pada Kamis. Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang nyaris tidak berubah, sementara kontrak berjangka Wall Street bergerak sedikit lebih rendah usai mencatatkan kenaikan tipis di sesi sebelumnya.
“Kita baru saja berpesta besar, sekarang semua orang mabuk dan sedang memulihkan diri sambil menunggu pesta berikutnya,” ujar analis pasar di IG, Tony Sycamore.
Meskipun kesepakatan dagang AS-China sempat menjadi angin segar bagi pasar, ketidakjelasan arah kebijakan dagang Trump tetap menyisakan ketidakpastian mengenai prospek ekonomi global. Investor juga masih menunggu detail kesepakatan dagang dengan negara-negara lain.
“Ada semacam keraguan untuk mendorong pasar naik lebih jauh dari sini,” kata Sycamore.
“Saya tidak yakin investor asing akan buru-buru kembali mengambil posisi overweight di saham-saham AS, karena kepercayaan mereka telah terguncang akibat berbagai peristiwa dalam beberapa bulan terakhir—baik dari sisi tarif maupun kebijakan politik,” tuturnya.
Futures Nasdaq turun 0,02 persen, S&P 500 melemah 0,13 persen, futures EUROSTOXX 50 terkoreksi 0,09 persen, sementara futures FTSE menguat tipis 0,08 persen.
Untuk saat ini, perhatian investor tertuju pada data penjualan ritel AS dan laporan keuangan Walmart yang akan dirilis Kamis. Walmart dianggap sebagai tolok ukur sektor ritel AS dan dapat memberi gambaran tentang daya beli konsumen. Hasil yang mengecewakan bisa memicu kekhawatiran akan resesi di ekonomi terbesar dunia tersebut.
Pidato Ketua Federal Reserve (The Fed) AS Jerome Powell yang dijadwalkan pada hari yang sama juga akan menjadi sorotan, terutama mengenai petunjuk arah kebijakan suku bunga AS. (Aldo Fernando)