Jakarta -
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merespons berbagai protes yang menyebut hilirisasi nikel Indonesia bersifat kotor. Maksudnya, industri nikel di Tanah Air dinilai tidak ramah terhadap lingkungan dan tidak berkelanjutan.
Hal itu juga dikaitkan dengan isu deforestasi, pencemaran terhadap air dan tanah, hingga dampak sosial ke masyarakat. Menjawab tudingan itu, Bahlil menyebut yang namanya nikel pasti berlokasi di tanah, bukan di atas kasur.
"Banyak yang protes katanya nikel Indonesia kotor. Saya bilang mana ada nikel yang seperti tidur di kasur empuk. Ya nikel pasti ada tanahnya lah. Macam-macam dibuat," ujar Bahlil dalam Human Capital Summit 2025 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (3/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu Bahlil mengakui banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam program hilirisasi. Eks Menteri Investasi/Kepala BKPM ini menilai tidak ada satu negara pun di dunia yang langsung sukses dalam menjalankan program besar.
Bahlil juga menegaskan dirinya tidak mundur sejengkal pun meski ditekan asing soal hilirisasi. Ia menyatakan Indonesia sebagai negara yang merdeka sehingga tak bisa diatur oleh negara lain.
"Saya sebagai Menteri ESDM, sejengkal pun saya tidak akan mundur dari tekanan-tekanan asing untuk melanjutkan apa yang menjadi program hilirisasi, nggak ada. Negara kita ini negara yang sudah merdeka, dan kemerdekaan kita, kita rebut, bukan pemberian," tegas Bahlil.
"Negara kita ini kita merdeka dengan pengorbanan jiwa dan raga, tidak seperti negara lain yang diberikan kemerdekaan. Dan karena itu nggak ada alasan untuk negara lain mengatur negara kita karena kita juga tidak pernah mengatur negara lain," tambah dia.
Oleh karena itu hilirisasi tetap dijalankan Indonesia meskipun banyak tantangannya. Nikel sendiri masuk kategori mineral kritis, yang 43% cadangannya berada di Indonesia.
Lewat hilirisasi nikel, negara berhasil meningkatkan pendapatan dari sebelumnya US$ 3,3 miliar di tahun 2017-2018 menjadi US$ 34 miliar tahun 2024. Saat ini, kata Bahlil, Indonesia juga menjadi salah satu negara eksportir produk nikel terbesar dunia.
(acd/acd)