Penurunan IHSG umumnya akan memengaruhi reksa dana saham secara langsung, karena reksa dana tersebut berisi beberapa saham yang diperdagangkan di bursa.
Apa Penyebab Obligasi Tidak Terpengaruh Turunnya IHSG? Begini Penjelasannya. (Foto: Istimewa)
IDXChannel—Apa penyebab obligasi tidak terpengaruh turunnya IHSG? Harga obligasi atau surat berharga tidak terpengaruh ketika IHSG bergejolak dan mencatatkan penurunan signifikan.
Obligasi adalah instrumen investasi berupa surat utang, baik jangka pendek atau jangka panjang, yang diterbitkan oleh perusahaan dan pemerintah. Investor yang membelinya akan mendapatkan keuntungan dari kupon atau bunga yang dibayarkan secara berkala.
Pemerintah Indonesia menerbitkan surat utang jangka pendek dan jangka panjang yang dapat dibeli oleh masyarakat umum. Pada surat utang jangka pendek , investor tidak dapat menjualnya kembali di pasar.
Sementara surat utang jangka panjang (obligasi FR) dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, sehingga keuntungan yang diperoleh tidak hanya berasal dari kupon, tetapi juga dari selisih harga beli dan harga jual (capital gain).
Kupon yang dibayarkan kepada investor dipatok dengan bunga. Sehingga harga jual obligasi FR bisa naik turun tergantung ekspektasi investor terhadap bunga obligasi. Ekspektasi investor terhadap suku bunga dengan harga obligasi memiliki hubungan terbalik.
Jika suku bunga diekspektasikan menurun, maka harga obligasi berpotensi naik. Sementara jika suku bunga diekspektasikan naik, maka harga obligasi berpotensi turun. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penurunan IHSG tidak berbanding lurus dengan harga obligasi.
Penurunan IHSG umumnya akan memengaruhi reksa dana saham secara langsung, karena reksa dana tersebut berisi beberapa saham yang diperdagangkan di bursa.
Lalu apa penyebab obligasi tidak terpengaruh turunnya IHSG? Melansir DBS Treasures (9/4), berikut beberapa faktor yang memengaruhi harga obligasi.
1. Suku Bunga
Seperti ulasan di atas, obligasi menawarkan return dalam bentuk kupon, di mana besarannya ditetapkan berdasarkan bunga. Tingkat suku bunga adalah faktor utama yang memengaruhi harga obligasi secara langsung.
Saat Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga, harga obligasi pemerintah biasanya cenderung menurun dan sebaliknya. Karena ketika suku bunga acuan diturunkan, maka bunga obligasi jadi lebih menarik bagi investor.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang dicanangkan oleh bank sentral dapat memengaruhi harga obligasi, terutama jika kebijakan tersebut mengarah pada peningkatan atau penurunan suku bunga acuan. Lagi-lagi, ini akan memengaruhi ekspekasi investor terhadap suku bunga acuan.
3. Inflasi
Laju inflasi juga dapat memengaruhi harga obligasi, karena saat inflasi naik bank sentral biasanya akan menerapkan kebijakan untuk pengendalian inflasi, termasuk di antaranya menaikkan suku bunga acuan.
4. Tingkat Return Instrumen Lain
Tingkat return instrumen investasi lain juga dapat memengaruhi harga obligasi. Misalnya ketika pasar saham sedang uptren, investor akan mengalihkan modalnya ke saham untuk mengejar keuntungan dari tren pasar yang tengah positif.
Sebaliknya, harga saham juga dapat dipengaruhi oleh tingkat return yang ditawarkan obligasi. Sebagai contoh, saat government bond yang diterbitkan pemerintah AS naik, investor melepas kepemilikan sahamnya untuk dialihkan sementara ke obligasi.
5. Kondisi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian politik, dan kondisi pasar, atau kondisi perekonomian secara keseluruhan dapat memengaruhi harga obligasi. Saat kondisi perekonomian bergejolak, biasanya investor akan mengalihkan modalnya ke instrumen investasi yang aman dan stabil seperti obligasi untuk melindungi nilai aset.
Sebaliknya, ketika kondisi perekonomian membaik maka investor akan mengalihkan modalnya ke instrumen investasi yang menawarkan pergerakan harga yang lebih agresif untuk peluang keuntungan yang lebih tinggi.
6. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah tingkat risiko kegagalan pembayaran kredit. Jika risiko kredit suatu negara tinggi, harga obligasinya dapat menurun. Risiko kredit suatu negara dapat dilihat dari rating kreditnya.
Rating kredit suatu negara menunjukkan peluang investasi dan kemampuan bayar pemerintah suatu negara terhadap utang-utang yang dimilikinya. Rating kredit menjadi alat ukur yang digunakan investor untuk mempertimbangkan kelayakan suatu negara untuk dipinjami dana.
Dari faktor-faktor yang dapat memengaruhi harga obligasi ini, dapat disimpulkan bahwa penurunan IHSG tidak memengaruhi penurunan obligasi karena harga lebih dipengaruhi oleh ekspektasi suku bunga. Sebaliknya, gejolak pasar saham justru berpeluang untuk memengaruhi peningkatan harga obligasi.
Itulah penjelasan singkat tentang penyebab obligasi tidak terpengaruh turunnya IHSG.
(Nadya Kurnia)