Jakarta -
Deretan booth dengan desain unik sesuai dengan wilayah menghiasi halaman Lapangan Banteng, Jakarta. Masing-masing booth itu membawa barang-barang khas daerah yang ternyata karya dari 132 warga binaan dari berbagai lembaga pemasyarakatan di Indonesia.
Kegiatan bertajuk Indonesian Prison Products and Arts Festival (IPPA Fest) 2025 digelar mulai 21-23 April 2025 di Lapangan Banteng, Jakarta. kegiatan itu diketahui bertepatan dengan momentum Hari Bakti Pemasyarakatan Ke-61 yang memamerkan karya-karya dari warga binaan.
"Perhelatan ini mengusung tema Creation Beyond the Bars yang memberikan sebuat pernyataan yang kuat bahwa kreativitas tidak pernah bisa dipenjara," ujar Menteri Imipas Agus Andrianto saat membuka IPPA Fest di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 54 booth menampilkan berbagai macam karya mulai dari pertunjukan seni dan kreativitas, makanan, fashion, kerajinan tangan, dan produk seni lainnya. Kegiatan ini sekaligus membuka peluang terhadap warga binaan untuk berkontribusi dalam sektor industri.
Selain itu kegiatan ini menjadi wadah ekspresi dan kreativitas dari warga binaan, sehingga masyarakat dapat melihat hasil kreativitas tangan dari warga binaan yang berada di lapas seluruh Indonesia.
"Tentunya ini akan terus bisa kita kembangkan di dalam juga dan hasilnya digunakan untuk mengembangkan kegiatan UMKM di daerah, sekaligus kita membuat terobosan-terobosan dalam rangka memberikan peluang-peluang kepada warga binaan untuk berkontribusi dalam sektor industri maupun produk-produk lainnya," lanjut Agus.
Senada dengan Menteri Imipas, Kasi Kegiatan Kerja Lapas Perempuan 2A Pontianak Astuti Setiawati juga menyebut booth-nya turut membawa barang-barang khas dari Kalimantan Barat mulai dari baju adat dayak, cemilan kue kering, dodol, minyak adat Dayak, anyaman, rajutan, miniatur tugu khatulistiwa, miniatur rumah adat dan pernak pernik.
Dalam prosesnya warga binaan di Pontianak diberikan pembinaan berupa kemandirian dan kepribadian, pembinaan kepribadian yang dimaksud ialah pribadi dan psikologi sementara kemandirian yang diberikan berupa keterampilan seperti tata boga, tata busana, kecantikan, pertanian, perikanan keterampilan itu dibagikan sesuai dengan minat dan bakat dari warga binaan.
Bukan hanya sekedar berkarya namun hasil dari kemandirian itu bisa dijadikan pendapatan negara yang berasal dari penjualan barang yang dibuat warga binaan atau Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kami ada dua pembinaan yaitu pembinaan kemandirian dan kepribadian, memang ada yang awalnya nggak berkeinginan namun usai mencoba salah satu kegiatan akhirnya mencoba dan menekuni hasil karyanya akhirnya bisa mendapatkan premi dan ada kewajiban kami pembayaran PNBP," ujar Astuti saat ditemui detikcom di booth Kanwil Ditjenpas Kalimantan Barat.
Dari hasil pembinaan itu diharapkan warga binaan dapat mandiri dan memiliki bekal selain keterampilan dan hasil usaha, ketika mereka keluar nantinya dapat meneruskan pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang didapatkan selama masa pembinaan.
Masyarakat yang ingin melihat ataupun membeli hasil karya warga binaan bisa datang secara langsung ke halaman Lapangan Banteng, Jakarta tanpa biaya. Namun untuk membeli karya masyarakat bisa membelinya menggunakan QRIS ataupun debit sebab setiap booth telah dilengkapi dengan mesin EDC BRI.
"Pembayaran kami sudah wajib non tunai, kita di dalam sudah tidak boleh ada peredaran uang dan kita di luar juga begitu jadi tanggung jawabnya jelas, untuk masyarakat yang ingin membeli langsung ke sini juga bisa membeli dan membayar menggunakan mesin EDC BRI," tutup Astuti.
Selama jalannya kegiatan nampak masyarakat antusias melihat karya-karya dari warga binaan, berbagai produk dipajang di setiap booth lengkap dengan harga jualnya.
(hns/hns)