Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeklaim tidak akan mudah menggantikan dirinya sebagai seorang presiden Ukraina.
Zelensky juga mengatakan bersedia mundur dari posisi Presiden Ukraina jika ada syarat yang ditetapkannya terpenuhi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada media Inggris, Zelensky mengatakan upaya untuk menggantikan dirinya sebagai seorang presiden tidak akan mudah dilakukan lantaran hal itu bukan cuma soal mengadakan pemilihan umum (pemilu).
"Jika mereka menggantikan saya, mengingat apa yang terjadi, mengingat dukungan, mengganti saya saja tidak akan mudah," kata Zelensky pada Minggu (2/3), seperti dikutip AFP.
Zelensky menuturkan untuk menggantikan dirinya, tak cukup cuma dengan menggelar pemilu. Mereka yang ingin mengganti dirinya perlu mencegah agar dia tak mencalonkan diri.
"Ini akan sedikit lebih sulit. Sepertinya Anda harus bernegosiasi dengan saya," ucapnya.
Zelensky pun menyiratkan bahwa dirinya hanya akan mau mengundurkan diri jika mendapat imbalan Ukraina bergabung dengan NATO.
"Dan saya katakan saya akan menukarnya dengan NATO. Lalu saya memenuhi misi saya," lanjutnya.
Sejumlah pihak dari Partai Republik Amerika Serikat berulang kali mendesak agar Zelensky mundur dari kursi presiden. Desakan itu kini makin gencar dilontarkan usai Zelensky dan Presiden AS Donald Trump adu mulut di hadapan media di Oval Office pada Jumat (28/2).
Adu mulut seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Apalagi, setelah debat panas, Zelensky diusir dari kantor tertinggi di AS tersebut.
Zelensky pergi tanpa menandatangani kesepakatan soal mineral tanah jarang yang menjadi tujuan awal dia ke AS.
Trump sebelumnya menyatakan ingin memiliki sumber daya mineral Ukraina sebagai imbalan atas bantuan AS selama ini di perang Rusia vs Ukraina. Zelensky mulanya menolak karena menilai hal itu tak sejalan dengan kepentingan nasional Kyiv.
Namun, setelah 'disudutkan', ia pun setuju memberikan tanah jarang Ukraina ke AS dan hendak menandatangani kesepakatan dengan menemui Trump di Oval Office. Kendati demikian, penandatanganan itu pupus imbas adu mulut.
"Kami membutuhkan seorang pemimpin yang dapat berurusan dengan kami, yang akhirnya berurusan dengan Rusia, dan mengakhiri perang ini," kata Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz kepada CNN.
"Jika motivasi pribadi atau politik Presiden Zelensky berbeda dari upaya untuk mengakhiri perang maka saya pikir kita punya masalah yang nyata," lanjut dia.
Sejak awal, Zelensky telah menyerukan agar Ukraina diberikan keanggotaan NATO sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang. Kendati demikian, aliansi pertahanan yang dipimpin AS itu tak kunjung menerima Ukraina sebagai anggota.
Pada Februari, Trump bahkan mengatakan bahwa Ukraina sebaiknya "melupakan" niat untuk gabung dengan NATO.
Trump blak-blakan mengatakan keinginan itulah yang membuat perang Rusia vs Ukraina pecah.
(bac/blq)