19 emiten membukukan kinerja negatif dengan penurunan rata-rata 50 persen per 30 Desember 2024.
Saham IPO Terboncos 2024, Isinya Geng Papan Pengembangan (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Separuh emiten yang baru melantai di bursa sepanjang 2024 mencatatkan kinerja yang tidak memuaskan seiring dengan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
IHSG minus 2,65 persen secara tahunan (yoy) ke level 7.079,90 lebih buruk dibandingkan performa 2023 yang naik 6,2 persen.
Seperti tahun lalu, performa IHSG pada 2024 lebih didorong oleh kinerja saham-saham konglomerasi yang naik signifikan, seperti DSSA, TPIA, AMMN, PANI, dan BREN. Sementara itu, saham–saham blue chip seperti BBRI, BBNI, ASII serta TLKM cenderung melemah pada tahun ini.
Hingga 30 Desember 2024, terdapat 41 emiten yang melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan total fund raising mencapai Rp14,35 triliun atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 78 emiten dengan raihan dana Rp54,15 triliun.
Dari jumlah tersebut, 22 saham anak baru sukses menghijau dengan mencetak kenaikan harga di atas 80 persen. Sedangkan sisanya 19 emiten membukukan kinerja negatif dengan penurunan rata-rata 50 persen per 30 Desember 2024.
Bahkan ada sejumlah saham IPO yang tercatat minus di atas 70 persen tahun ini yang merupakan anggota papan pengembangan. Adapun PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk (MPIX) menjadi saham debutan terburuk 2024 dengan penurunan harga sebesar 82,93 persen.
MPIX melantai pada 7 Februari lalu, di mana harga saham saat IPO ambruk 82,93 yoy dari Rp278 menjadi Rp57 per saham. Wajar saja perdagangan saham emiten teknologi tersebut pernah kena suspensi sebanyak dua kali pada 28 Februari dan 9 Maret imbas terjadi penurunan harga yang signifikan.
Dalam gelaran IPO, MPIX menawarkan sebanyak 312,50 juta saham atau 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor. Harga penawaran awal atau bookbuilding sebesar Rp256-Rp268 per saham dengan dana segar yang diraih mencapai Rp83,75 miliar.
Bersamaan dengan itu, perseroan juga menerbitkan sebanyak 156,25 juta Waran Seri I (MPIX-W) atau sebesar 12,50 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga tebus Rp850. Waran MPIX juga terkoreksi signifikan sebesar 87,50 persen dari harga Rp40 ke harga Rp5 secara yoy.
Seluruh dana IPO MPIX sebesar Rp76,76 miliar sudah dihabiskan untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi terkini aplikasi MPStore.
Posisi saham IPO kedua terbawah ditempati oleh PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA). Emiten yang melantai pada 8 Juli 2024 ini mencatatkan penurunan saham 77,24 persen sejak debut perdana dari harga Rp500 ke harga Rp71
Saham eksportir udang beku pernah digembok Bursa pada 29 Juli, akibat harga yang jeblok hingga mentok auto reject bawah (ARB).
Sebagai emiten ke-29, ISEA menawarkan 290 juta saham ke publik atau setara 20,86 persen dari modal ditempatkan dan disetor dengan jumlah dana yang dihimpun mencapai Rp72,5 miliar. Dana IPO digunakan untuk membeli bahan baku langsung serta biaya pemasaran dan utilitas.
ISEA juga menerbitkan sebanyak 145 juta Waran Seri I (ISEA-W) yang menyertai saham, atau setara 13,18 persen sebagai insentif bagi para pemegang saham baru perusahaan. Harga waran ISEA pun bernasib sama yakni jeblok 86,67 persen dari harga Rp60 ke harga Rp8 per waran.
Hingga kuartal III-2024, ISEA mencetak laba bersih Rp1,7 miliar atau jauh di bawah target perseroan yang sebesar Rp27 miliar. Ekspor menjadi menyumbang pendapatan terbesar dengan Amerika Serikat (AS) sebagai pasar utama.
Peringkat ketiga terbawah saham debutan jatuh kepada PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS). Emiten distributor gas alam ini tercatat sebagai saham kedua yang listing pada 2024 .
Saham CGAS anjlok 76,54 persen sejak listing perdana pada 8 Januari dari harga Rp930 menjadi Rp99 per saham. CGAS pernah masuk papan pemantauan khusus dan dikunci Bursa sebanyak dua kali pada 14 Februari dan 23 Februari.
Dalam gelaran IPO, CGAS melepas 531,42 juta saham dengan harga Rp338 per saham, sehingga meraup dana segar sebesar Rp179,6 miliar. Perseroan juga menawarkan 265,71 juta Waran Seri I (CGAS-W) atau sebesar 21,43 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga pelaksanaan Rp306.
Harga CGAS-W juga ikut jeblok 98,93 persen dari harga Rp187 ke harga Rp1 per waran. Padahal saat listing, waran CGAS dibuka melesat ke harga Rp25 per waran atau naik 2.400 persen. Adapun waran tersebut dihapuskan atau delisting mulai 7 Januari 2025 sehingga pelaksanaan CGAS-W menjadi saham CGAS dapat dilakukan hingga awal tahun depan.
Meski sahamnya berkinerja buruk, CGAS mampu membukukan kenaikan laba bersih sebesar 178,1 persen dari Rp3,5 miliar menjadi mencapai Rp9,2 miliar hingga kuartal III-2024. Sejalan dengan itu, CGAS juga meraup pendapatan sebesar Rp375,9 miliar, atau meningkat 38,9 persen dari Rp270,6 miliar pada periode sama di 2023 lalu.
Dengan demikian, MIPX, ISEA dan CGAS menjadi tiga saham IPO terboncos 2024. Namun, masih ada dua saham lainnya di peringkat lima terbawah yakni PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK) dan PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA).
Saham BAIK jeblok 71,90 persen dari harga Rp210 saat listing perdana ke harga Rp59. Sementara SOLA ambruk 66,22 persen dari harga Rp252 hingga tertidur di harga gocap atau Rp50.
Dua emiten ini juga masuk geng papan pengembangan. BAIK pernah disuspensi satu kali pada 24 Februari sedangkan SOLA masuk papan pemantauan khusus pada 12 Juni dan ditransaksikan dengan metode full-call auction (FCA).
(DESI ANGRIANI)