Empat saham bank raksasa kompak rebound pada Senin (23/12/2024), berusaha pulih dari tekanan jual belakangan ini.
Saham Bank Besar Mulai Bangkit, Sesaat atau Tahan Lama? (Foto: Freepik)
IDXChannel – Empat saham bank raksasa kompak rebound pada Senin (23/12/2024), berusaha pulih dari tekanan jual belakangan ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ditutup meningkat 3,69 persen ke Rp4.210 per saham.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp694,0 miliar dan volume perdagangan 166,8 juta saham.
Saham BBRI rebound dari koreksi dua hari sebelumnya. Dalam sepekan, saham BBRI minus 0,94 persen dan dalam sebulan terkoreksi 5,81 persen.
BBRI sebelumnya mengumumkan dividen interim sebesar Rp20,46 triliun kepada pemegang saham. Pengumuman dividen ini bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-129 BRI yang jatuh pada 16 Desember.
Dengan dividen hingga Rp20 triliun itu, maka pemerintah akan mendapatkan setoran dividen dari BRI Rp10,88 triliun sementara Rp9,58 triliun sisanya menjadi milik publik.
Cum dividen jatuh pada Selasa (24/12/2024) dengan ex-date di pasar reguler pada Jumat (27/12) mendatang. Dividen akan dibayarkan ke para pemegang saham pada 25 Januari 2025.
Saham bank pelat merah lainnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ikut menguat, secara berturut-turut naik 2,82 persen dan 2,64 persen.
Selain saham bank BUMN, saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga memantul, yakni sebesar 1,30 persen.
Saham bank-bank utama masih berusaha keluar dari tekanan jual signifikan yang terjadi selama dua bulan terakhir seiring keluarnya investor asing di tengah situasi ekonomi makro, geopolitik, hingga perubahan sinyal kebijakan moneter bank sentral di negara utama.
Prospek Cerah?
Meskipun dalam jangka pendek saham-saham perbankan utama masih mengalami guncangan, termasuk efek kekhawatiran investor, terutama asing, terhadap kebijakan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump nantinya, emiten tersebut dinilai masih memiliki prospek yang cerah ke depannya.
Laporan kinerja kuartal III-2024 dari sejumlah bank yang dipantau DBS Group Research menunjukkan hasil yang umumnya sesuai ekspektasi.
Menurut riset DBS yang terbit pada 4 November 2024, BBRI sedikit mengungguli perkiraan analis berkat pemulihan kinerja keuangan yang lebih tinggi dari yang diharapkan.
Analis DBS menjelaskan, pertumbuhan laba perbankan di kuartal III-2024 didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang kuat, meski dihadapkan pada tekanan biaya dana (cost of funds/CoF).
Beberapa bank juga berhasil menjaga biaya kredit pada level yang rendah. DBS memperkirakan tren positif ini akan berlanjut pada kuartal IV-2024, seiring dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang kuat.
Sementara, analis CGS International menilai, bank-bank besar relatif stabil karena tren kualitas aset membaik sejak titik terendah pada kuartal II-2024.
Saat ini, kata analis CGS International, bank-bank besar menikmati pertumbuhan kredit yang kuat dan/atau Net Interest Margin (NIM) yang tetap tangguh meskipun ada penurunan suku bunga oleh bank sentral.
Dengan demikian, laba bank utama diperkirakan tetap stabil pada kuartal IV-2024.
Riset lainnya datang dari Sucor Sekuritas, terbit pada 9 Desember 2024, yang mengungkapkan, tekanan besar yang dialami sektor perbankan Indonesia akhir-akhir ini akibat aliran dana asing keluar, pertumbuhan laba yang lemah, dan kekhawatiran kualitas kredit.
Dalam sebulan terakhir, empat bank besar (BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI) mencatat aliran keluar dana asing mencapai Rp14,4 triliun atau 92 persen dari total outflow Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
BBRI menjadi yang paling terdampak, dengan kepemilikan asing anjlok ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir, yakni 68,5 persen pada November 2024, turun dari puncaknya 79,2 persen pada Februari 2024.
Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap eksposur BBRI pada segmen pendapatan menengah ke bawah yang rentan terhadap lemahnya daya beli.
Prospek jangka pendek masih penuh tantangan, termasuk daya beli yang tertekan oleh inflasi, pelemahan rupiah, dan kenaikan tajam suku bunga SRBI di atas 7 persen.
Selain itu, kata analis Sucor, potensi "kitchen sinking" terkait pergantian manajemen usai perubahan pemerintahan bisa menekan laba sementara. Ketegangan geopolitik juga dapat memicu kenaikan imbal hasil obligasi yang memperburuk arus keluar modal.
Namun, Sucor Sekuritas optimistis terhadap prospek jangka panjang sektor perbankan, didukung oleh reformasi ekonomi struktural pemerintah di sektor hilirisasi mineral, pertanian, dan energi.
Langkah ini diperkirakan mendongkrak pertumbuhan ekonomi (PDB) dan permintaan kredit. Mereka memproyeksikan pertumbuhan (CAGR) laba bersih tahunan gabungan empat bank besar mencapai 13,4 persen dalam lima tahun ke depan.
Dengan valuasi saham yang kini mendekati rata-rata 10 tahun (rasio PBV) dan imbal hasil dividen menarik—BBRI, BMRI, dan BBNI masing-masing sekitar 8 persen, 6 persen, dan 6 persen—Sucor Sekuritas menilai peluang investasi tetap ada.
Namun, investor disarankan menunggu hingga sentimen sektor ini membaik, terutama terkait perbaikan kualitas kredit, penurunan biaya dana, dan penguatan likuiditas. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.