Saham Alamtri (ADRO) Turun 3 Persen saat Ex Date Dividen

1 month ago 23

Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) melemah pada Senin (30/12/2024) seiring memasuki masa ex-date dividen hari ini.

 Freepik)

Saham Alamtri (ADRO) Turun 3 Persen saat Ex Date Dividen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) melemah pada Senin (30/12/2024) seiring memasuki masa ex-date dividen hari ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.48 WIB, saham ADRO turun hampir 3 persen, tepatnya 2,76 persen, ke Rp2.470 per saham. Nilai transaksi tercatat Rp58,00 miliar dan volume perdagangan 23,73 juta saham.

Saham ADRO bergerak sideways sejak awal Desember 2024 setelah jatuh signifikan pasca aksi pemisahan bisnis (spin-off) dan melantainya PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).

Sebelumnya, ADRO akan membagikan dividen interim senilai USD200 juta.

Nilai yang dikeluarkan setara Rp3,2 triliun (asumsi kurs Rp16.000 per USD) dan akan disetor pada 15 Januari 2025.

Dana dividen berasal dari laba bersih ADRO hingga akhir September 2024 yang mencapai USD1,18 miliar.

Perusahaan juga masih menggenggam saldo laba ditahan menembus USD5,93 miliar, dengan total ekuitas senilai USD8,15 miliar.

Untuk transaksi di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi, batas akhir perdagangan dengan hak dividen (cum dividen) jatuh pada 27 Desember 2024, sementara tanggal tanpa hak dividen (ex dividen) dimulai pada 30 Desember 2024.

Sedangkan untuk Pasar Tunai, cum dividen ditetapkan pada 2 Januari 2025, dan ex dividen pada 3 Januari 2025.

Prospek ADRO

ADRO tengah mengarungi babak baru dalam transformasi bisnisnya menuju energi terbarukan dan proyek hijau, usai melepas anak usahanya di bidang batu bara termal, AADI.

Langkah tersebut diyakini menjadikan ADRO salah satu pemimpin energi hijau di Indonesia.

Dalam riset yang dirilis Samuel Sekuritas pada 4 Desember 2024, ADRO disebut tetap memiliki dua pilar utama laba saat ini, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan kepemilikan 83,8 persen dan PT Saptaindra Sejati (SIS) yang sepenuhnya dimiliki ADRO.

ADMR memiliki cadangan coking coal jumbo, mencapai 158 juta ton, sementara SIS dikenal dengan efisiensi operasionalnya dalam jasa tambang.

Meski pendapatan konsolidasi ADRO diproyeksikan turun drastis menjadi USD1,3 miliar pada 2025, EBITDA tetap solid di USD705 juta.

ADMR diharapkan mencatat pendapatan USD1,1 miliar dengan margin EBITDA lebih dari 50 persen, sementara SIS berkontribusi USD111 juta dari aktivitas pengupasan tanah.

Selain itu, ADRO agresif memperluas portofolio hijau melalui Adaro Green dan ADMR. Proyek besar mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Indonesia dengan kapasitas 1.375 MW yang dijadwalkan beroperasi pada 2030, serta pabrik smelter aluminium hijau di Kawasan Industri Kaltara.

“Pelepasan unit usaha AADI akan memberikan ADRO akses yang lebih baik terhadap pendanaan hijau dengan suku bunga kompetitif di bawah 9 persen. Hal ini diharapkan mampu menurunkan biaya modal gabungan (blended cost of capital) ADRO,” kata analis Samuel.

Aset-aset hijau tersebut, masih mengutip analis Samue, diproyeksikan menjadi katalis utama dalam mendorong revaluasi positif (re-rating) nilai perusahaan di masa depan.

Samuel Sekuritas juga menilai revaluasi wajar mengingat pergeseran fokus bisnis ADRO.

Samuel Sekuritas tetap merekomendasikan beli saham ADRO. Target harga (TP) baru ditetapkan pada Rp3.400 per saham, merefleksikan rasio harga saham terhadap laba (P/E) 12,8 kali pada 2025.

Potensi kenaikan harga saham ini didukung aset hijau yang belum tergarap, neraca keuangan kuat, serta kinerja positif yang diproyeksikan mencapai USD504 juta pada 2025, berbalik dari kerugian USD141 juta di 2024 seiring spin-off AADI.

Meski demikian, volatilitas harga komoditas, risiko operasional, dan kendala pendanaan menjadi tantangan yang perlu diantisipasi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |