Rupiah Diprediksi Terus Menguat Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed

2 hours ago 1

Nilai tukar rupiah diperkirakan berpeluang terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang pengumuman hasil rapat bank sentral AS. (ilusrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah diperkirakan berpeluang terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang pengumuman hasil rapat bank sentral AS atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (17/9/2025) waktu setempat atau Kamis (18/9/2025) dini hari waktu Indonesia.

Pada pembukaan perdagangan Rabu, rupiah menguat tipis sebesar 21 poin atau 0,13 persen ke posisi Rp16.419 per dolar AS dibandingkan penutupan sebelumnya Rp16.440 per dolar AS. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp16.350–Rp16.500 per dolar AS sepanjang Rabu.

“Rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yang terus tertekan menjelang rapat FOMC. Namun, penguatan akan terbatas oleh kekhawatiran dan polemik seputar perluasan mandat Bank Indonesia serta fungsi pengawasan Bank Indonesia oleh DPR RI,” ujar Lukman.

Perluasan mandat Bank Indonesia yang dimaksud merupakan bagian pembahasan dalam revisi Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Salah satu yang dibahas adalah tujuan Bank Indonesia yang tidak lagi hanya sebatas menjaga stabilitas nilai rupiah, tetapi juga memelihara stabilitas sistem keuangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, aturan ini masih belum mencapai pembahasan final.

Selain menunggu hasil suku bunga The Fed, Lukman menilai pasar juga menantikan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar pada Rabu pukul 14.00 WIB. Sejumlah ekonom memproyeksikan Bank Indonesia akan tetap menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5 persen pada September 2025.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai BI akan lebih dulu mengevaluasi transmisi kebijakan moneter sebelum melakukan penyesuaian suku bunga. “View kami flat (BI-Rate tetap). Alasannya, BI akan lebih meng-assess transmisi kebijakan moneternya terlebih dahulu,” kata Andry.

Sementara itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menekankan pentingnya menjaga stabilitas moneter dan makroekonomi di tengah ketidakpastian global. “BI menurunkan suku bunga sampai 125 bps sejak September tahun lalu, dan dampaknya masih berjalan. Jadi, sambil mengantisipasi risiko global, saya rasa BI akan menjaga suku bunga di level yang sama,” ujar Myrdal.

Dengan kombinasi faktor eksternal dan domestik tersebut, rupiah masih berpotensi bergerak fluktuatif menjelang pengumuman kebijakan The Fed dan keputusan RDG BI pada Rabu.

sumber : Antara

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |