Prospek Sektor Perbankan di Tengah Tantangan Kredit dan Likuiditas

2 hours ago 1

Sucor Sekuritas menurunkan proyeksi laba sektor perbankan akibat ketatnya likuiditas, meningkatnya biaya dana, serta risiko kredit yang kian tinggi.

 Freepik)

Prospek Sektor Perbankan di Tengah Tantangan Kredit dan Likuiditas. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Sektor perbankan diperkirakan menghadapi tekanan sepanjang 2025. Sucor Sekuritas menurunkan proyeksi laba sektor ini akibat ketatnya likuiditas, meningkatnya biaya dana, serta risiko kredit yang kian tinggi.

Tekanan ini berpotensi menekan profitabilitas dan menjaga return on equity (ROE) tetap dalam tekanan.

Sucor Sekuritas, dalam riset terbarunya, Kamis (7/2/2025), memperkirakan pertumbuhan laba sektor perbankan hanya sebesar 2,2 persen di 2025, dengan pertumbuhan kredit melambat ke 9 persen.

Selain itu, net interest margin (NIM) diprediksi akan terus tergerus seiring kenaikan biaya kredit sebesar 15 basis poin.

Ketatnya Likuiditas
Persaingan perbankan dalam menghimpun dana kian ketat, terutama pada deposito berjangka dan giro.

Bank-bank pelat merah mulai menaikkan suku bunga dana demi mengamankan likuiditas, dengan rasio loan-to-deposit (LDR) BMRI dan BBNI telah melampaui 95 persen.

Pada Oktober 2024, rasio aset likuid perbankan turun tajam ke 11,3 persen, jauh di bawah rata-rata sebelum pandemi yang mencapai 17 persen. Situasi ini mengindikasikan biaya dana yang tinggi akan bertahan lebih lama dan terus membebani margin bank.

“Dengan kondisi likuiditas yang semakin ketat dan persaingan memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) yang semakin intens, biaya dana kemungkinan tetap tinggi, memperpanjang tekanan margin di seluruh sektor,” kata analis Sucor.

Risiko Kredit Meningkat
Setelah periode panjang dengan pencadangan rendah, biaya kredit diprediksi meningkat seiring potensi pelemahan kualitas aset.

Kredit korporasi dan UMKM masih bertahan, namun kredit konsumsi mulai menunjukkan kenaikan non-performing loan (NPL).

Jika nilai tukar rupiah terus melemah dan tekanan konsumsi berkepanjangan, dampaknya bisa meluas ke segmen kredit wholesale. Cadangan kerugian kredit (LLR) lima bank terbesar telah menyusut dari puncaknya pada 2022, sehingga bank kemungkinan harus memperkuat pencadangan yang dapat semakin menekan laba.

Saham Pilihan
Sucor Sekuritas menyarankan investor untuk selektif dalam menghadapi tantangan di sektor perbankan.

Ketidakpastian makroekonomi, dolar AS yang menguat, kenaikan imbal hasil obligasi, serta ketatnya likuiditas menjadi faktor penghambat pertumbuhan laba perbankan yang diperkirakan hanya akan tumbuh satu digit rendah.

Di tengah kondisi ini, Sucor Sekuritas merekomendasikan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga (TP) Rp11.500 dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan target harga Rp3.400 sebagai pilihan utama.

BBCA unggul dalam rasio dana murah (CASA) yang kuat serta manajemen kualitas aset yang solid, sehingga lebih tahan terhadap kenaikan biaya dana.

Sementara itu, BRIS memiliki posisi unik di pasar perbankan syariah yang terus berkembang di Indonesia, memungkinkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dan keunggulan dalam biaya dana. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |