Profesor Korea: Indonesia Potensial Jadi Penjembatan Konflik Korut-Korsel

3 hours ago 1

Konflik nuklir Korea Utara (Korut) terus menjadi salah satu isu panas global, terutama di kawasan Asia Timur.

Kuliah umum dengan topik konflik Korut-Korsel oleh Profesor Jae Hyeok Shin di Kampus UI, Depok, Kamis (6/2/2025). (Foto: IDXChannel/Ahmad Islamy)

Kuliah umum dengan topik konflik Korut-Korsel oleh Profesor Jae Hyeok Shin di Kampus UI, Depok, Kamis (6/2/2025). (Foto: IDXChannel/Ahmad Islamy)

IDXChannel – Konflik nuklir Korea Utara (Korut) terus menjadi salah satu isu panas global, terutama di kawasan Asia Timur. Perseteruan Pyongyang dengan saudaranya, Korea Selatan (Korsel), yang sudah berlangsung puluhan tahun turut menyeret kekuatan lain seperti Amerika Serikat (AS).

Profesor Jae Hyeok Shin dari Department of Political Science and International Relations, Korea University, menuturkan, Indonesia bisa memainkan peran sebagai penjembatan dalam konflik Korut-Korsel. Ini karena Indonesia punya hubungan baik dengan dua Korea, dan juga dengan AS.

Untuk diketahui, di masa lalu Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump pernah tiga kali bertemu langsung untuk melakukan negosiasi nuklir. Pertemuan pertama berlangsung di Singapura pada 12 Juni 2018. Berikutnya, keduanya bertemu di Hanoi, Vietnam, pada 27-28 Februari 2019. Adapun pertemuan ketiga Kim dan Trump terjadi di Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) (30 Juni 2019).

"Singapura dan Vietnam adalah dua negara Asia Tenggara. Jadi Asia Tenggara, termasuk Indonesia, punya peran besar dalam menjembatani konflik di Asia Timur," ujar Jae dalam kuliah umum bertajuk Contemporary Issues in Korean Politics: From North Korean Nuclear Weapons to Martial Law Crisis yang diselenggarakan Departemen Ilmu Politik FISIP UI di Depok, Kamis (6/2/2025).

Indonesia memang memiliki potensi sebagai mediator dalam upaya mendamaikan Korut dan Korsel. Pengalaman dari Asian Games 2018 menjadi salah satu contoh keberhasilan peran diplomasi soft power Indonesia.

Indonesia memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan Korut dan Korsel, tidak seperti banyak negara lain yang lebih condong ke salah satu pihak. Indonesia sudah menjalin hubungan dengan Korut sejak era Presiden Soekarno dan dengan Korsel sejak era Presiden Suharto.

Pada Asian Games 2018, kontingen gabungan Korea (Korut-Korsel) bertanding bersama dalam beberapa cabang olahraga seperti dayung dan bola basket putri. Pada upacara pembukaan event olahraga internasional tersebut, atlet dari kedua negara berparade di bawah satu bendera Korea Bersatu atau juga dikenal sebagai bendera Unifikasi Korea. Peristiwa itu semakin memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang bisa menjembatani konflik.

Halaman : 1 2

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |