Euforia dalam investasi dapat mengakibatkan investor mengambil keputusan tergesa-gesa.
Penyebab Mengapa Investor Sering Terjebak Euforia, 3 Tips untuk Menghindarinya. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Mengapa investor sering terjebak euforia? Euforia dalam investasi dapat mengakibatkan investor mengambil keputusan tergesa-gesa, berdasarkan emosional, dan tidak objektif.
Melansir laman Bursa Efek Indonesia (11/3), terdapat beberapa bias psikologis yang biasa terjadi dalam investasi. Yakni overconfidence bias, loss aversion, herd mentality, dan confirmation bias. Keempatnya dapat memicu kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Overconfidence bias terjadi ketika investor merasa terlalu yakin dengan keputusannya sendiri, sehingga dia mengabaikan risiko yang jelas-jelas tampak di depan mata. Loss aversion terjadi ketika investor enggan menjual saham yang sudah rugi karena takut merugi lebih dalam.
Herd mentality terjadi ketika investor mengikuti tren pasar tanpa melakukan analisis yang jelas demi FOMO (takut ketinggalan) dan tekanan sosial. Sementara confirmation bias terjadi ketika investor hanya mau membaca informasi yang mendukung keyakinannya.
Dalam hal ini, euforia yang dialami para trader ataupun investor bisa berasal dari keempat bias tersebut. Pada bias herd mentality, investor berbondong-bondong membeli saham karena takut ketinggalan momentum.
Biasanya ini terjadi ketika harga saham sudah mulai naik dan menunjukkan tanda-tanda rally. Lalu setelah melihat banyak investor sudah cuan, dia pun ingin kecipratan cuan, lalu investor kelewat percaya diri (overconfidence) hingga berani membeli saham di harga pucuk.
Apalagi dengan keberadaan komunitas-komunitas investasi yang kini dapat diakses oleh siapa saja, banyak investor mudah terpengaruh oleh omongan-omongan investor lainnya, tergiur saat melihat investor lain memamerkan portofolionya yang cuan besar.
Dengan banyaknya pendapat yang dapat dibaca oleh investor dalam satu wadah komunitas, sangat mungkin pendapat-pendapat orang lain itu akhirnya memengaruhi proses pengambilan keputusan.
Bagaimana cara agar terhindar dari euforia investasi? Berikut tips yang dibagikan Bursa Efek Indonesia dan sumber-sumber lainnya:
1. DYOR
Do Your Own Research (lakukan risetmu sendiri) adalah prinsip yang sering diingatkan oleh sesama investor. Anjuran ini biasanya disampaikan setelah investor membagikan analisa pribadinya terhadap suatu saham.
Investor memang harus banyak mencari tahu dan menganalisa pergerakan harga saham maupun kinerja keuangan saham, tidak ada salahnya mendengarkan pendapatn investor lain, tetapi dia tetap harus melakukan riset sendiri untuk menentukan keputusan.
Jangan sekali-kali mengambil keputusan investasi karena mengikuti portofolio dan opini orang lain. Akan lebih baik keputusan diambil berdasarkan keyakinan (conviction) yang dihasilkan dari riset sendiri.
2. Konsisten pada Tujuan
Buatlah target investasi dan konsistenlah terhadap target yang Anda buat sendiri. Tujuan investasi yang jelas membantu investor untuk terhindar dari reaksi impulsif terhadap fluktuasi jangka pendek.
3. Buat Strategi Sesuai Profil Risiko
Setelah menentukan tujuan investasi, buatlah strategi investasi sesuai profil risiko. Dengan begitu investor dapat memilih alokasi aset sesuai batas toleransinya terhadap potensi kerugian.
Lalu rencanakan startegi masuk dan keluar (jual dan beli), sehingga investor tahu kapan harus membeli dan kapan harus menjual tanpa dipengaruhi godaan emosi sesaat. Gunakan aturan stop loss dan take profit dengan benar.
Stop loss adalah batas kerugian yang dapat ditolerir, take profit adalah target keuntungan yang diterapkan investor. Disiplinlah dan ikuti aturan stop loss dan take profit ini agar tidak terjebak kepanikan berlebihan dan euforia sesaat.
Dengan aturan ini, investor bisa disiplin menjual sahamnya meskipun pasar tengah euforia dan emosi investor mendorong untuk bertindak kebalikannya (terus mempertahankan kepemilikan dengan harapan keuntungan lebih tinggi).
Investor dianjurkan untuk tidak membeli ataupun menjual aset karena panik dan euforia, karena keputusan subjektif itu dapat meningkatkan risiko.
Itulah penjelasan singkat tentang mengapa investor sering terjebak euforia.
(Nadya Kurnia)