Pemuda Lumajang Ubah Limbah MBG Jadi Produk Ramah Lingkungan

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Di balik manfaat utama program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk memenuhi kebutuhan gizi, tersimpan potensi berkah dari limbah makanan yang kerap dianggap sekadar sampah tak berguna. Namun, bagi anak muda Lumajang seperti Asriafi Ath Thoriq, limbah MBG justru menjadi peluang untuk berinovasi, berwirausaha, sekaligus berkontribusi bagi lingkungan.

Bagi Asriafi, limbah MBG bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi dan ramah lingkungan, salah satunya eco enzyme, cairan pembersih alami yang berguna bagi rumah tangga dan pertanian.

Eco enzyme tidak sekadar pembersih, tetapi juga dapat dijadikan disinfektan, sabun, pupuk cair, hingga pakan magot untuk pertanian. Limbah makanan yang semula terbuang justru berubah menjadi produk bernilai ekonomi sekaligus sumber penghasilan baru.

Asriafi menilai kunci keberhasilan pengolahan limbah terletak pada kesadaran dan kreativitas generasi muda. “Limbah makanan seharusnya dipandang sebagai modal, bukan masalah. Dengan inovasi dan bimbingan, kita bisa menciptakan produk ramah lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi lokal,” ujar penerima Kalpataru dan Lencana Inovasi Desa dari Kementerian Desa itu.

Kegiatan mengolah limbah MBG juga memiliki nilai edukatif karena melatih pemuda untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola sumber daya, dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini. “Eco enzyme bukan sekadar bisnis. Ini soal kesadaran kolektif—bagaimana mengubah sampah menjadi berkah, menjaga lingkungan tetap bersih, dan menggerakkan ekonomi,” tegas Asriafi yang juga founder Waroeng Domba 99 dan Rumah Muda Berdaya.

Meski demikian, tidak semua dapur MBG mampu mengolah limbah menjadi eco enzyme. Sebagian dapur memilih memberikan sisa makanan kepada warga sekitar untuk pakan ternak. “Kami ingin generasi muda sadar bahwa setiap bahan punya potensi. Limbah makanan bisa jadi eco enzyme, pupuk, atau pakan magot. Itu peluang usaha sekaligus kontribusi bagi bumi,” katanya.

Asriafi berharap inisiatif seperti ini dapat direplikasi di seluruh Lumajang. Dengan sinergi antara pemerintah, komunitas muda, dan penggerak inovasi, limbah makanan dapat menjadi sumber daya ekonomi sekaligus sarana edukasi lingkungan.

Menurutnya, potensi ekonomi dari eco enzyme cukup menjanjikan. Satu liter produk ini dapat dijual dengan harga kompetitif, sementara pupuk cair dan pakan magot juga memiliki pasar tersendiri bagi petani dan pelaku usaha kecil.

Lebih dari itu, program tersebut menumbuhkan jiwa wirausaha hijau generasi muda: belajar mengelola bisnis sambil menjaga lingkungan. Eco enzyme menjadi simbol bagaimana kreativitas mampu mengubah masalah menjadi solusi bernilai.

sumber : Antara

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |