Pemilu di Eropa dan Menguatnya Politik Kanan Ekstrem

3 months ago 55

Pemilu di Eropa tahun ini perlu untuk dicermati bersama, mengingat adanya pergeseran lanskap politik yang cukup signifikan ke arah kanan dan ekstrem kanan.

 Istimewa)

Ilustrasi pemilihan umum untuk amggota Parlemen Eropa. (Foto: Istimewa)

IDXChannel – Tahun ini mungkin boleh disebut sebagai tahun politik penting secara global. Hal itu ditandai dengan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) di sejumlah negara dan kawasan penting di berbagai belahan dunia.

Indonesia sendiri menyelenggarakan pemilihan anggota legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) secara serentak pada Februari lalu. Dan belum lama ini, kompetisi demokrasi kembali dilanjutkan dengan diadakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 pada November lalu.

Selain Indonesia, ada sejumlah negara di Asia dan Afrika yang juga mengadakan pemilu tahun ini, seperti India (pileg), Pakistan (pileg), Bangladesh (pileg), Korea Selatan (pileg), Madagaskar (pileg) dan Afrika Selatan (pileg). Sementara di benua Eropa dan Amerika, pemilu juga diadakan tahun ini antara lain di Inggris (pileg), Prancis (pileg), Austria (pileg) Amerika Serikat (pilpres dan pileg), hingga Rusia (pilpres).

Yang tak boleh ketinggalan adalah Pemilihan Parlemen Eropa (Uni Eropa) yang digelar pada 6-9 Juni 2024. Pemilu tersebut, seperti juga pemilu Prancis (2024) dan Belanda (2023) menjadi perlu untuk dicermati bersama, mengingat adanya pergeseran lanskap politik yang cukup signifikan ke arah kanan dan ekstrem kanan. 

Secara sederhana, haluan politik kanan diartikan sebagai ideologi atau kebijakan politik yang menekankan pada nilai-nilai konservatif, kebebasan ekonomi, individualisme, dan menjunjung tinggi tradisi. Sementara ekstrem kanan adalah varian radikal dari haluan kanan yang mengusung pandangan otoritarian, nasionalisme yang berlebihan atau ekstrem, anti terhadap orang asing (xenofobia), dan bahkan anti-demokrasi. 

Seperti dilansir Euronews pekan ini, hasil pemilu di Eropa pada 2024 menunjukkan pergeseran yang jelas ke arah kanan dan ekstrem kanan. Pergeseran tersebut tampaknya memiliki akar yang sama di beberapa negara.

Profesor ilmu politik di Université libre de Bruxelles (ULB), Pascal Delwit, mengatakan kepada Euronews bahwa tren ini terjadi karena meningkatnya daya tarik partai-partai sayap kanan yang radikal di mata para pemilih Eropa. Dia menjelaskan, banyak pemilih merasa diabaikan dan percaya bahwa mereka dibiarkan berjuang sendiri.

“Para pemilih ini juga mengungkapkan kekhawatiran tentang imigrasi. Beberapa dari mereka merasa bahwa arus migrasi sekarang terlalu besar dan berkontribusi terhadap rendahnya upah (yang mereka terima di tempat kerja),” kata Delwit.

Dia pun merasa yakin bahwa fenomena penguatnya politik berhaluan kanan di Eropa bukanlah sebuah tren jangka pendek, melainkan gerakan politik yang telah berkembang selama hampir dua dekade.

“Ini adalah gerakan yang telah berkembang selama hampir dua puluh tahun, dan menunjukkan tren peningkatan yang stabil. Partai-partai sayap kanan yang lebih radikal berada di pemerintahan atau mendukung pemerintahan tertentu,” tuturnya.

Halaman : 1 2

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |