Mengulik Potensi IPO di 2025, Mulai Ramai Sejak Awal Tahun

1 month ago 22

Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik perusahaan yang akan IPO pada tahun ini bisa menyentuh 66 emiten, lebih banyak dibandingkan 2024 yang sebanyak 41 emiten.

 MNC Media)

BEI membidik perusahaan yang akan IPO pada tahun ini bisa menyentuh 66 emiten, lebih banyak dibandingkan 2024 yang sebanyak 41 emiten. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) mencapai 41 emiten di 2024. PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) menjadi emiten terakhir yang menutup perjalanan IPO sepanjang tahun lalu. 

Kehadiran puluhan emiten tersebut membuat jumlah perusahaan tercatat di BEI total menjadi 943 emiten. Selama 2024, jumlah dana yang dihimpun lewat proses IPO mencapai Rp14,3 triliun di mana 59 persen berasal dari PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan MDIY dengan perolehan dana IPO masing-masing Rp4,3 triliun dan Rp4,15 triliun.

Jumlah emiten yang masuk Bursa pada 2024 memang lebih sedikit dibandingkan 2023 yang mencapai rekor 79 emiten dengan dana IPO Rp54,14 triliun. Di samping peran Self-Regulatory Organization (SRO) yang semakin ketat menyeleksi calon emiten, rendahnya minat perusahaan untuk IPO juga terjadi secara regional.

Di level ASEAN, Indonesia tercatat kalah dari Malaysia. Bursa Malaysia memuncaki peringkat tertinggi untuk urusan IPO di mana pada 2024 ada 55 emiten baru dengan dana IPO Rp26,7 triliun. Bahkan, Singapura hanya kedatangan empat emiten dengan dana yang dihimpun Rp500 miliar.

"Pasar IPO di Asia Tenggara menghadapi tantangan yang cukup besar di 2024, termasuk fluktuasi nilai tukar, perbedaan regulasi antar pasar, dan risiko geopolitik yang berdampak pada perdagangan serta investasi," kata Accounting & Reporting Assurance Leader Deloittte Southeast Asia, Tay Hwee Ling.

Menurut Tay, berbagai tantangan itu menciptakan kondisi suku bunga tinggi, sehingga menurunkan minat perusahaan untuk IPO dan menunda go-public. Dia mencatat, situasi ini membuat dana perolehan IPO di Asia Tenggara pada tahun ini menjadi yang terendah dalam sembilan tahun terakhir.

Capital Markets Advisor Deloitte Indonesia, Jasmin Maranan menambahkan, turunnya minat IPO di Indonesia juga disebabkan karena faktor politik di mana 2024 merupakan tahun pemilu. Menurutnya, perusahaan menunggu arah kebijakan moneter dan fiskal pemerintah baru sebelum mengambil keputusan, termasuk prioritas belanja dalam APBN.

"Di samping itu, regulator pasar modal juga tengah mengambil langkah-langkah penting untuk lebih bisa meningkatkan daya tarik serta likuiditas pasar dengan harapan dapat meningkatkan listing di 2025," katanya.

IPO Bakal Lebih Ramai di 2025

Di awal 2025, sejumlah calon emiten mulai masuk proses IPO. Berdasarkan catatan IDXChannel, ada delapan perusahaan dengan rincian lima perusahaan masuk penawaran awal (book building) dan tiga perusahaan sudah masuk penawaran umum (offering).

Dua calon emiten memperoleh sorotan pasar karena induk perusahaannya mencatat kinerja saham yang cemerlang yakni anak usaha PANI, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) dan anak usaha RAJA, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU). Keduanya membidik dana IPO hampir Rp3 triliun.

Sementara BEI memandang prospek IPO tahun ini lebih optimistis. Regulator pasar modal itu menargetkan setidaknya 66 perusahaan bisa melantai di Bursa Efek. Tak hanya kuantitas, BEI bersama OJK ke depan juga akan mendorong perusahaan yang masuk Bursa lebih berkualitas.

“Kami mendorong perusahaan berkapitalisasi besar untuk melakukan IPO,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, Kamis (2/1/2025).

Selain itu, OJK dan BEI juga akan meningkatkan porsi saham minimal yang dimiliki publik (free float) untuk mengurangi risiko manipulasi harga. Saat ini, porsi free float ditetapkan minimal 50 juta saham dan 7,5 persen dari total saham yang tercatat di BEI.

BEI juga menyatakan, saat ini ada 22 perusahaan antre masuk Bursa yang tercatat (pipeline). Dari jumlah itu, sebanyak 19 perusahaan memiliki aset besar alias di atas Rp250 miliar yang akan masuk papan utama. Tiga sisanya berpotensi masuk papan akselerasi.

Potensi ramainya IPO ke depan juga akan didorong oleh kemungkinan turunnya suku bunga acuan. Trimegah Sekuritas menilai, penurunan suku bunga bisa menjadi katalis positif untuk menarik perusahaan IPO di BEI.

“Kalau ke depan kan suku bunga, mudah-mudahan cenderung konsensusnya turun. Maka berarti kan baik untuk pasar modal, baik dari saham maupun dari obligasi,” kata Direktur Trimegah Sekuritas, David Agus.

David juga menyoroti kondisi di AS saat ini yang membuat dana asing keluar dari pasar modal Indonesia (capital outflow) sehingga membuat likuiditas menyusut. Namun, dia percaya dengan kemampuan investor lokal yang sejauh ini terbukti mampu menyerap IPO-IPO perusahaan berskala besar.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor yang ditunjukkan lewat Single Investor Identification (SID) menembus 14,84 juta hingga akhir 2024. Pada tahun ini, jumlah investor baru ditargetkan bisa bertambah 2 juta SID.

(Rahmat Fiansyah)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |