Jakarta -
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya membukukan kinerja keuangan negatif hingga kuartal I 2025. Hal tersebut tercermin dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan sektor konstruksi tersebut.
Beberapa perusahaan plat merah tersebut di antaranya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis keempat BUMN Karya yang dikutip detikcom, Jumat (2/5/2025), masih tercatat utang atau liabilitas yang cukup besar kendati terus mengalami penyusutan. PTPP misalnya, membukukan utang sebesar Rp 41,1 triliun sepanjang kuartal I 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi penjualan dan pendapatan, PTPP juga mencatatkan kinerja negatif dengan penyusutan dari Rp 4,6 triliun pada kuartal I 2024 menjadi Rp 3,5 triliun di kuartal I 2025. Sementara laba bersih PTPP tercatat menyusut menjadi Rp 59,38 miliar pada kuartal I dari Rp 94,6 miliar di kuartal I 2024.
Kinerja serupa juga dialami ADHI, di mana utang perseroan masih tercatat sebesar Rp 24,8 triliun pada kuartal I 2025. Namun, utang perseroan tercatat menurun dibandingkan periode di tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 25,3 triliun.
Akan tetapi, perseroan mencatat penyusutan penjualan dan pendapatan usaha, di mana pada kuartal I 2025 mencapai Rp 1,6 triliun dari Rp 2,6 triliun di periode yang sama di tahun sebelumnya. Sehingga laba bersih perseroan ikut menyusut dari Rp 10,15 miliar menjadi Rp 316 juta di kuartal I 2025.
Sementara WIKA mencatat penyusutan utang menjadi Rp 50,04 triliun dari Rp 51,6 triliun di periode tahun sebelumnya. Emiten plat merah ini juga mencatat penyusutan laba kotor, dari Rp 284 miliar di kuartal I 2024, menjadi Rp 231 miliar. Sehingga, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 780,1 miliar atau sekitar Rp 19,57 per saham.
Sedangkan WSKT, mencatat utang sebesar Rp 68,1 triliun di kuartal I 2025. Angka tersebut menyusut dari kuartal sebelumnya sebesar Rp 69,2 triliun. Sementara itu, pendapatan usaha perseroan juga tercatat menyusut, dari Rp 2,1 triliun menjadi Rp 1,3 triliun di kuartal I 2025.
WSKT mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,24 triliun di kuartal pertama 2025. Angka tersebut kian membengkak jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 939,55 miliar.
Prospek BUMN Karya
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, harga saham beberapa BUMN Karya sempat mengalami lonjakan harga mengikuti pengumuman rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), khususnya pada saham PTPP dan ADHI. Kenaikan harga saham keduanya juga terjadi kala Pemerintah mengumumkan pembukaan kembali alokasi dana pembangunan IKN.
"Sudah ter-price-in pembangunan proyek strategis nasional (PSN), terutama dan khususnya IKN," kata Nafan kepada detikcom, Jumat (2/5/2025).
Kemudian, harga saham BUMN Karya, khususnya PTPP dan ADHI, mengalami koreksi seiring dengan pengumuman kinerja kuartalan, di mana laba kedua emiten tersebut menurun. Namun setidaknya, ia melihat ada kinerja positif yang tercermin dari penyusutan utang kedua perseroan tersebut.
Nafan menyebut, kebijakan pemerintah yang masih bersifat populis ketimbang pembangunan PSN, langsung berdampak pada perolehan laba bersih perseroan. Namun begitu, ia menilai Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dapat diharapkan untuk mendorong kembali kinerja keuangan dan saham BUMN Karya tersebut.
"Memang harusnya program pembangunan infrastruktur atau proyek strategis nasional itu esensial ya dalam menunjang penciptaan lapangan kerja baru, khususnya agar bisa merangsang pertumbuhan ekonomi daerah yang tidak hanya memberikan pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.
"Emiten BUMN ini bisa menyerap perolehan kontrak baru dari pemerintah, dalam hal ini pengerjaan proyek strategis nasional. Jadi ini diharapkan bisa mampu menopang kinerja ke depannya," pungkasnya.
Untuk diketahui, saham PTPP hari ini, Jumat (2/5/2025) tercatat terkoreksi 4,41% ke harga Rp 390 per saham. Namun, jika dilihat secara mingguan, saham PTPP terpantau naik 9,55% dari rentang harga Rp 356 ke Rp 390 per saham.
Sementara untuk saham hari ini tercatat terkoreksi 5,48% ke harga Rp 276 per saham. Selama seminggu, saham konstruksi plat merah itu tercatat meningkat 7,81% di rentang harga Rp 256 ke Rp 276 per saham.
Sementara saham WIKA dan WSKT masih tercatat suspensi atau perdagangan sahamnya dihentikan sementara oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
(rrd/rrd)