Jakarta, CNN Indonesia --
Korea Utara mengecam Amerika Serikat atas kunjungan kapal induk angkatan lautnya ke pelabuhan Busan, Korea Selatan, pada Minggu (2/3).
Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong Un, mengatakan keberadaan kapal induk AS di Korsel merupakan provokasi politik dan militer lebih lanjut terhadap Pyongyang.
Ia menilai provokasi semacam ini meningkat sejak Presiden AS Donald Trump resmi menjabat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu pemerintahan barunya muncul tahun ini, AS meningkatkan provokasi politik dan militer terhadap DPRK (Korea Utara), melanjutkan kebijakan permusuhan dari pemerintahan sebelumnya," kata Kim Yo Jong, seperti dikutip Korean Central News Agency (KCNA), Selasa (4/3).
USS Carl Vinson, kapal induk AS dari kelompok penyerang, tiba di Busan, Korsel, untuk kunjungan pelabuhan yang dijadwalkan pada Minggu.
Angkatan Laut AS menyatakan kunjungan itu merupakan komitmen AS terhadap wilayah Semenanjung Korsel yang bertujuan meningkatkan hubungan dengan para pemimpin Korea Selatan serta penduduk setempat.
AS dan Korsel memiliki kerja sama militer, salah satunya menggelar latihan militer bersama yang bertajuk "Freedom Shield". Kerja sama semacam ini kerap mengundang kecaman dari Korut karena dipandang sebagai persiapan untuk menginvasi Pyongyang.
"Langkah-langkah kejam AS untuk berkonfrontasi dengan Korut semakin meningkat pada Maret dengan kemunculan Carl Vinson di Semenanjung Korea," ucap Kim Yo Jong, seperti dikutip AFP.
Kim Yo Jong lantas mengancam akan terus mengembangkan rudal dan teknologi nuklir jika AS terus melakukan provokasi terhadap Korut.
"Jika AS terus melakukan provokasi dengan melakukan demonstrasi militer anti-DPRK, maka DPRK secara natural terpaksa untuk memperbarui catatan dalam pelaksanaan pencegahan strategis," kata Kim Yo Jong.
Dia pun menegaskan AS dan sekutunya tersebut merupakan "akar penyebab meningkatnya ketegangan" di wilayah tersebut.
Kementerian Pertahanan Korsel telah merespons kecaman Kim Yo Jong ini. Kemhan Korsel menyebut komentar Kim tidak lebih dari alasan untuk membenarkan pengembangan rudal nuklir Korut dan untuk menciptakan dalih untuk provokasi.
"Ambisi nuklir Korea tidak pernah bisa ditoleransi, dan satu-satunya jalan agar Korut bisa melangsungkan hidup yaitu dengan meninggalkan obsesi dan delusi tentang senjata nuklir," demikian pernyataan Kemhan Korsel.
Hubungan Pyongyang dan Seoul tak pernah akur sejak kedua negara berperang di masa lalu. Selama beberapa tahun terakhir, hubungan Korut dan Korsel bahkan mencapai titik terendahnya seiring dengan serangkaian aksi peluncuran rudal maupun pengiriman balon sampah dari Korut.
Secara teknis, Korut dan Korsel masih berperang lantaran konflik pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
(rds/blq)