Kontraksi Beruntun PMI Manufaktur di 2024, Ada Apa dengan Sektor Industri RI?

1 month ago 26

S&P Global mencatat PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yaitu Juli (49,3), Agustus (48,9), September (48,9), Oktober (49,2),

Kontraksi Beruntun PMI Manufaktur di 2024, Ada Apa dengan Sektor Industri RI? Foto: MNC Media.

Kontraksi Beruntun PMI Manufaktur di 2024, Ada Apa dengan Sektor Industri RI? Foto: MNC Media.

IDXChannel - Data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia selama 2024 menjadi salah satu indikator adanya pelemahan kinerja sektor industri di Tanah Air. 

S&P Global mencatat PMI Manufaktur RI mengalami kontraksi beruntun selama lima bulan yaitu Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November (49,6).

Skor PMI di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur berada di level ekspansi. Sebaliknya, jika angkanya di bawah 50, industri berada di fase kontraksi. 

Padahal, pada periode yang sama, mayoritas PMI Manufaktur negara ASEAN seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam berada di zona ekspansi. Indonesia berada dalam tiga besar negara dengan PMI terendah di ASEAN selama periode tersebut, bersama dengan Malaysia dan Singapura. 

Penurunan PMI manufaktur Indonesia yang terjadi pada Juli 2024 menjadi yang pertama kalinya dalam 34 bulan sebelumnya atau sejak Agustus 2021.

Berikut, sejumlah penyebab yang ditenggarai menjadi penyebab menurunnya PMI Manufaktur Indonesia selama lima bulan terakhir. 

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief mengaku tidak heran dengan kondisi indeks PMI manufaktur RI yang cenderung "mandek" di bawah 50 di saat sebagian besar negara-negara ASEAN lainnya memiliki indeks PMI manufaktur di atas 50 atau ekspansif. 

"Survei PMI dari S&P Global ini dilakukan kepada perusahaan industri existing yang sedang beroperasi di Indonesia, dan bukan calon investor. Masih banyak regulasi yang belum mendukung industri dalam negeri, padahal regulasi tersebut dibutuhkan oleh manufaktur. Bahkan, regulasi yang ada saat ini malah mempersulit ruang gerak industri untuk meningkatkan utilisasi produksinya,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief belum lama ini.

Selain itu, gempuran produk impor barang jadi, baik legal maupun ilegal, ditengarai masih menjadi penyebab kontraksinya PMI manufaktur Indonesia.
Banjirnya produk impor telah menekan permintaan atas produk dari industri dalam negeri. 

Hal ini juga dipengaruhi oleh pemberlakuan kebijakan relaksasi impor yang telah berkonsekuensi terbuka pintu seluas-luasnya bagi produk jadi impor dan telah membanjiri pasar Indonesia. 

Perbandingan instrumen trade measures yang dimiliki Indonesia dengan negara lain menunjukkan betapa mudahnya pasar domestik Indonesia digempur barang impor. 

Sebagaimana diketahui, trade measures adalah instrumen kebijakan yang diberlakukan oleh negara-negara WTO untuk menghambat masuknya produk impor ke pasar domestik mereka. 

Indonesia memiliki 207 jenis instrumen ini untuk menahan laju impor masuk ke pasar domestik. Sementara anggota WTO lain seperti RRT dan Amerika, masing-masing memiliki 1.569 dan 4.597 jenis instrumen trade measures. 

Bahkan dengan negara-negara ASEAN, instrumen trade measures Indonesia jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan Thailand, Philipina, dan Singapura yang memiliki instrumen trade measure masing-masing sebesar 661, 562, dan 216.

Halaman : 1 2

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |