Ketika Hadiah Khalifah Harun al-Rashid Ubah Sejarah Tembikar Dunia

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah tembikar dunia ternyata tidak bisa dilepaskan dari sebuah hadiah diplomatik pada abad ke-9. Sekitar tahun 800 M, Khalifah Harun al-Rashid, penguasa kelima Dinasti Abbasiyah di Baghdad, menerima kiriman mewah dari Tiongkok. Hadiah itu berupa tembikar indah, termasuk porselen awal yang kelak memikat dunia.

Seperti dilansir dari laman Islamic Ceramics, Arthur Lane berpendapat, peralatan tembikar dan porselen Tiongkok telah sampai di Timur Dekat sejak tahun 800 M.

Hal ini didasarkan pada kutipan dalam sebuah karya yang ditulis Muhammad bin al-Husayn Baihaki, sekitar tahun 1059, ia menyatakan bahwa gubernur Khurasan, Ali bin Isa mengirimkan hadiah kepada Khalifah Harun al-Rasyid (786-809):

“Dua puluh buah keramik Cina kekaisaran, termasuk mangkuk, cangkir dan setengah cangkir, yang belum pernah terlihat di istana Khalifah sebelumnya, selain 2000 buah porselen lainnya”.

Hadiah tembikar itu bukan sekadar simbol persahabatan antarperadaban, melainkan pemantik lahirnya inovasi seni tembikar baru di tanah Mesopotamia. Para pengrajin Irak kala itu mencoba meniru keanggunan porselen Tiongkok dengan menciptakan teknik tembikar glasir timah.

Teknik ini dilakukan dengan melapisi tembikar polos menggunakan cairan timah glasir yang membentuk permukaan putih, keras, dan mengkilap. Sebelum dibakar ulang, para pengrajin melukisnya dengan pigmen tertentu sehingga warna seakan menyatu dengan lapisan glasir.

Metode tersebut berbeda dengan gaya Kekaisaran Ottoman di İznik, yang menorehkan warna di atas permukaan putih tembikar sebelum menutupinya dengan glasir transparan. Namun, keduanya sama-sama terinspirasi oleh kehalusan porselen Tiongkok.

Dari Irak, seni tembikar timah menyebar ke Iran, Mesir, Afrika Utara, hingga Spanyol. Pada abad pertengahan, Italia juga menjadi pusat penting kerajinan ini. Di sana, tembikar timah berkembang pesat dan dikenal dengan nama maiolica, bahkan menjadi media ekspresi seni pada era Renaissance.

Para pengrajin Italia kemudian membuka bengkel kerajinan di Antwerpen, Belgia. Namun, gejolak politik tahun 1576 membuat banyak di antara mereka pindah ke Belanda, yang kala itu tengah berkembang pesat berkat perdagangan global melalui Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC).

Belanda kemudian melahirkan produk khas yang terkenal hingga kini, yaitu Delft Porcelain. Meski disebut porselen, sejatinya produk ini bukanlah porselen asli, melainkan tembikar timah yang dipoles menyerupai barang impor Tiongkok.

Delftware, dengan motif biru-putih yang ikonik, menjadi barang mewah terjangkau bagi masyarakat Eropa kala itu. Popularitasnya meluas hingga India, Asia Tenggara, bahkan koloni-koloni Belanda di Amerika Utara.

Selama lebih dari dua abad, jutaan ubin dinding Delft dihasilkan, semuanya dilukis dengan tangan meski ada pula yang dibuat dengan teknik stensil untuk mempercepat produksi.

Kisah panjang tembikar timah membuktikan bagaimana seni, teknologi, dan perdagangan lintas budaya saling memengaruhi. Dari hadiah porselen Kaisar Tiongkok kepada Khalifah Abbasiyah, lahirlah inovasi yang menjalar ke Eropa dan melahirkan ikon seni dekoratif, Delftware.

Hingga kini, warisan itu masih hidup, baik dalam koleksi museum dunia, maupun dalam industri keramik modern yang tetap mengadaptasi jejak biru-putih dari Baghdad hingga Delft.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |