Saat high session (libur panjang), harga tiket pesawat bisa dipotong hingga 10 persen.
Kemenag Sebut Komponen Biaya Haji Masih Bisa Dihemat (FOTO:MNC Media)
IDXChannel - Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafii menyebut, ada sejumlah komponen biaya haji yang masih bisa dihemat. Pertama, negosiasi biaya penerbangan dengan menurunkan keuntungan dari harga avtur.
Menurutnya, saat high session (libur panjang), harga tiket pesawat bisa dipotong hingga 10 persen. Wamenag pun optimistis, untuk ibadah haji bisa dilakukan negosiasi dalam menurunkan keuntungan dari avtur.
Sebab menurut dia, kalau keuntungan avtur bisa turun, itu akan bisa berpengaruh kepada biaya ongkos pesawat.
“Ongkos pesawat ini 30 persen dari keseluruhan komponen biaya haji. Jadi kalau ongkos pesawat bisa diturunkan karena avtur bisa dipotong keuntungannya, ini juga bisa makin menurunkan biaya haji secara keseluruhan,” ujar Wamenag dalam keterangan tertulis Sabtu (4/1/2025).
Kedua, negosiasi harga layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). Menurut Wamenag, Kemenag telah mengirimkan tim ke Arab Saudi untuk melakukan persiapan penyediaan layanan.
“Kalau pada tahun lalu harga layanan di Armuzna sekitar Rp18 juta, ada arah bisa turun sampai ke Rp16 sekian juta. Itu artinya kemungkinan penurunan juga bisa,” kata Wamenag.
Ketiga, negosiasi harga katering. Di 2023 lalu, lanjut Wamenag, anggaran untuk katering sekitar Riyal Saudi (SAR) 16,5. Biaya ini kemungkinkan bisa diturunkan sampai SAR15 atau SAR14 per porsinya. “Itu kan berarti kemungkinan-kemungkinan penurunan ongkos haji itu sangat riil bisa kita wujudkan,” kata Wamenag.
“Itu kenapa kita kemarin yakin buat statement tahun ini ongkos haji Insyaallah turun tapi dengan bentuk pelayanan yang lebih baik,” tuturnya.
Apakah penurunan harga ini akan berdampak pada penurunan kualitas layanan? Wamenag yakin itu tidak akan terjadi. Pasalnya, potensi penurunan harga disebabkan oleh iklim penyediaan layanan yang semakin kompetitif. Semakin banyak perusahaan yang bisa menyiapkan jasa, maka akan semakin kompetitif dan servis juga makin baik.
“Dulu, perusahaan yang mengelola penyediaan barang dan jasa itu sangat sedikit, sehingga sedikit monopoli dalam menetapkan harga. Sekarang ini, untuk hotel saja, begitu dibuka, kalau tahun lalu hanya belasan sekarang 400 an. Untuk Armuzna yang lalu sekitar lima, ini begitu dibuka sampai 20 an,” tutur Wamenag.
“Jadi ada kompetisi dan masing-masing menunjukkan servis. Jadi, ini kabar gembira buat penyelenggara karena kemungkinan pelayanan lebih baik, dengan banyak pesaing harganya semakin kompetitif,” katanya.
(kunthi fahmar sandy)