Ilustrasi tawakkal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah tawakkal Hasan al-Bashri menghadapi penguasa zalim Hajjaj bin Yusuf adalah salah satu cerita paling masyhur yang menggambarkan keyakinan teguh seorang mukmin.
Kisah ini sering dikutip dalam kitab-kitab sejarah dan biografi ulama, seperti Sifatush Shafwah karya Ibnu al-Jauzi dan Al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir. Pada intinya, ibrah ini menunjukkan bagaimana kekuatan doa dan tawakkal mampu meluluhkan kekejaman seorang pemimpin.
Hajjaj bin Yusuf dikenal sebagai gubernur yang kejam, berdarah dingin, dan ditakuti di bawah kekuasaan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Salah satu kekejamannya yang paling terkenal saat menjadi penguasa adalah pengeboman Ka'bah pada pengepungan yang dilakukannya terhadap Abdullah bin Zubair di Makkah.
Dalam peristiwa tersebut, ia menewaskan banyak orang dan melempari Ka'bah dengan batu menggunakan manjanik (ketapel raksasa). Setelah membunuh Abdullah bin Zubair, Hajjaj juga mempermalukan jasadnya dengan menggantungnya di pohon kurma sebagai tontonan publik, sebuah tindakan yang sangat dikecam oleh para ulama dan sahabat Nabi.
Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa an-Nihayah banyak mencatat kekejaman dan kezaliman Hajjaj ini, termasuk penindasannya terhadap ulama dan rakyat di wilayah kekuasaannya, seperti Irak.
Selain membantai Abdullah bin Zubair dan menodai kesucian Ka'bah, Hajjaj juga terkenal dengan penjara-penjaranya yang mengerikan dan penuh dengan penyiksaan. Ia menahan puluhan ribu tahanan, baik laki-laki maupun perempuan, di tempat yang tidak layak dan memperlakukan mereka dengan sangat kejam.
Hajjaj juga tidak segan-segan membunuh para ulama yang dianggap menentang kekuasaannya. Salah satu korbannya adalah seorang tabiin mulia bernama Said bin Jubair, yang dibunuh secara keji oleh Hajjaj.
Kematian Said bin Jubair menjadi pukulan telak bagi umat Islam pada masa itu dan memperkuat citra Hajjaj sebagai penguasa yang sangat kejam. Kekejamannya ini mengundang kebencian yang mendalam dari banyak kalangan dan menjadi salah satu faktor yang memicu banyak pemberontakan.
Respons Hasan al Bashri
Tindakan kezaliman dan kekerasannya membuat banyak orang, termasuk para ulama, takut kepadanya. Namun, Hasan al-Bashri, seorang tabiin terkemuka yang terkenal akan keberanian dan kebenaran nasihatnya, tidak pernah gentar untuk menyampaikan kebenaran, meskipun di hadapan penguasa tiran.