Kabasarnas: Struktur Runtuhan Masih Nempel Bangunan Lain, Evakuasi Ekstra Hati-Hati

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO - Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, mengungkapkan kronologi runtuhnya bangunan mushola di Pondok Pesantren Al Khoziny, yang terjadi pada Senin, 29 September lalu. Peristiwa tersebut terjadi bertepatan dengan waktu sholat ashar dan mengakibatkan puluhan santri terjebak dalam reruntuhan.

Ia menyampaikan bangunan yang ambruk itu memiliki empat lantai dan saat kejadian tengah digunakan untuk sholat oleh lebih dari 140 jamaah, mayoritas santri. Lantai dasar merupakan tempat sholat, sementara lantai atas masih dalam proses pembangunan.

"Tempat salat lantai dasar ada lantai satu, lantai dua, lantai tiga dan lantai empat sedang dalam pembangunan, sehingga pada saat pelaksanaan pengecoran terjadi kekuatan struktur yang mungkin tidak mampu menahan sehingga terjadi collapse, yang kita namakan structure collapse," katanya, Senin (6/10/2025), malam.

Kabasarnas menyebut tipe keruntuhan bangunan ini sebagai "pancake collapse", di mana semua lantai runtuh secara vertikal dan menumpuk satu sama lain. Dalam kurun waktu 25 menit setelah kejadian, Basarnas langsung merespons insiden ini menggunakan sistem aplikasi terintegrasi dengan BNPB, BMKG, hingga jaringan internasional Search and Rescue.

Asesmen dilakukan dan area operasi segera dibagi menjadi beberapa sektor antara lain A1, A2, A3, dan A4. Tim SAR bekerja berdasarkan panduan INSARAG (International Search and Rescue Advisory Group) sebagai protokol internasional.

"Aplikasi itu membantu untuk melaksanakan bagaimana pola operasi yang kita laksanakan terhadap kondisi yang terjadi. Pada saat kita melaksanakan operasi di BCC (Basarnas Command Center), ini sebenarnya aplikasi ini terhubung langsung dengan yang saya bilang tadi insyarak. Sehingga apapun yang kita lakukan ini termonitor di internasional," ujarnya.

Tantangan Akses dan Struktur Bangunan

Ia tak menepis bahwa Tim SAR Gabungan menghadapi kendala serius akibat terbatasnya akses masuk ke lokasi reruntuhan. Meski banyak alat berat disediakan, hanya alat-alat terpilih yang digunakan dengan hati-hati, didampingi tenaga ahli.

"Alat berat yang kita gunakan adalah alat berat terpilih kemudian kita tidak mungkin melakukan tindakan gegabah. Tindakan yang kita lakukan tetap penuh dengan kehati-hatian," ucapnya.

Ahli struktur dari ITS, Profesor Muji juga dilibatkan untuk memastikan keamanan proses evakuasi, mengingat struktur bangunan yang runtuh masih menyatu dengan bangunan di sekitarnya.

"Ternyata masih terkoneksi, masih eksisting terhadap bangunan-bangunan di sebelahnya, akhirnya kita laksanakan cut and pickup. Jadi kita potong dengan kemampuan crane yang kita miliki," ucap dia.

Kejadian ini kemudian dinyatakan sebagai bencana nasional setelah Presiden menginstruksikan BNPB untuk turun langsung. Berbagai menteri turut hadir menunjukkan dukungan, termasuk Menteri Sosial dan Menteri PU.

"Kejadian yang ada di tempat ini dinyatakan suatu kejadian yang luar biasa. Sehingga dari Bapak Presiden juga menginstruksikan kepada BNPB untuk melaksanakan tindakan bahwa kejadian di sini adalah masuk kategori bencana nasional," kata dia.

Basarnas menegaskan seluruh operasi SAR dijalankan sesuai mandat undang-undang dan standar internasional, dengan keselamatan korban dan tim sebagai prioritas utama.

Total Korban

Upaya pencarian dan evakuasi korban reruntuhan bangunan ini terus dikebut tim gabungan. Memasuki hari kedelapan pasca-tragedi, jumlah korban meninggal kembali bertambah. Hingga Senin (6/10) malam, total korban tewas mencapai 64 orang, dengan enam di antaranya berupa potongan tubuh (body part). Jenazah-jenazah tersebut langsung dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |