Saham emiten jasa ride hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menguat pada Selasa (29/4/2025).
Jelang Rilis Kinerja Kuartal I-2025, Saham GOTO Naik Hampir 5 Persen. (Foto: GoTo)
IDXChannel – Saham emiten jasa ride hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menguat pada Selasa (29/4/2025), seiring antisipasi investor terhadap rilis laporan keuangan kuartal I-2025 yang dijadwalkan hari ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga pukul 10.45 WIB, saham GOTO tercatat melesat 4,88 persen ke level Rp86 per saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp215,40 miliar.
Secara mingguan, saham GOTO sudah menguat 8,86 persen, sementara dalam sebulan terakhir tercatat melambung 21,13 persen.
Mengutip keterangan resmi GOTO, perseroan akan mengumumkan hasil kinerja keuangan untuk kuartal I-2025 pada 29 April 2025 atau Selasa ini.
Pengumuman ini dilakukan setelah perusahaan merilis laporan keuangan konsolidasian tidak diaudit dan tidak ditelaah untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2025, yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
Manajemen GoTo Group juga akan menggelar conference call pada hari yang sama, 29 April 2025, pukul 19.00 WIB (atau 29 April 2025 pukul 08.00 pagi waktu Amerika Serikat bagian Timur). Konferensi ini akan disampaikan dalam bahasa Inggris.
Komentar Analis
Menurut catatan analis KB Valbury Sekuritas, Kamis (24/4/2025), GOTO menutup tahun 2024 dengan kinerja kuartalan terkuat sejak pencatatan saham perdana (IPO), menandai titik balik penting dalam perjalanan transformasi bisnisnya. Untuk pertama kalinya, GOTO mencetak EBITDA yang disesuaikan positif sebesar Rp399 miliar pada kuartal IV-2024.
Kinerja solid ini ditopang lonjakan Gross Transaction Value (GTV) inti sebesar 66 persen secara tahunan pada kuartal IV dan 58 persen sepanjang tahun. Pendapatan bruto juga naik 28 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Unit Fintech menjadi pendorong utama pertumbuhan laba, lebih cepat setahun dari panduan yang pernah diberikan perusahaan. Pengguna meningkat 35 persen secara tahunan, sedangkan rata-rata transaksi tumbuh 18 persen.
Aplikasi GoPay yang kini berdiri sendiri berhasil mempercepat akuisisi pengguna. Nilai penyaluran pinjaman melonjak 172 persen, dengan lebih dari 70 persen disalurkan melalui Bank Jago (ARTO).
Unit layanan on-demand juga mencatatkan profitabilitas tertinggi, dengan EBITDA sebesar Rp267 miliar. Margin meningkat didorong oleh layanan premium, pendapatan iklan yang melonjak 92 persen, serta promosi yang dibiayai merchant tumbuh 190 persen.
Seiring dengan performa tersebut, kabar terbaru menyebut sang rival Grab tengah menjajaki akuisisi GOTO dengan valuasi lebih dari USD7 miliar atau di atas Rp100 per saham. Angka ini mencerminkan potensi kenaikan sekitar 25 persen dari harga pasar saat ini yang berada di kisaran Rp80 per saham.
Jika terwujud, demikian kata KB Valbury, valuasi tersebut menempatkan GOTO di level 6,1 kali EV/Sales dan 68,3 kali EV/EBITDA proyeksi 2025, lebih tinggi dibanding estimasi konsensus dan para pesaingnya. Hal ini menunjukkan bahwa Grab mungkin memprioritaskan sinergi jangka panjang dan integrasi ekosistem digital.
Merger antara GOTO dan Grab dapat menciptakan pemain dominan di sektor layanan on-demand Asia Tenggara, dengan pangsa pasar mencapai 60 hingga 70 persen. Namun, potensi penggabungan ini juga dikhawatirkan akan menimbulkan perhatian otoritas persaingan usaha. Di sisi lain, kabar rencana kolaborasi antara ByteDance dan Traveloka juga dinilai berpotensi memperluas jangkauan GoPay di segmen perjalanan, memperkuat posisinya dalam ekonomi digital Indonesia.
KB Valbury Sekuritas memberikan rekomendasi beli saham GOTO dengan target harga Rp110 per saham, menyiratkan potensi kenaikan sebesar 37,5 persen. Proyeksi ini memperhitungkan pertumbuhan GTV fintech sekitar 10 hingga 15 persen secara CAGR pada periode 2025 hingga 2027, meskipun tingkat monetisasi (take rate) masih rendah sekitar 1 persen, jauh di bawah layanan on-demand yang mencapai 18 persen.
Analis menggunakan pendekatan SOTP (sum of the parts) dengan asumsi valuasi 3,5 kali EV/Sales untuk layanan on-demand, 6,4 kali untuk GoPay, dan valuasi mark-to-market untuk Bank Jago. Valuasi akhir juga sudah memperhitungkan diskon 30 persen akibat tekanan jual dari pemegang saham prapenawaran umum dan sentimen pasar yang masih lemah.
Meski demikian, analis KB Valbury tetap mengingatkan adanya sejumlah risiko utama seperti tekanan kompetisi, ketidakpastian regulasi, serta tantangan eksekusi dari program restrukturisasi dan potensi aksi korporasi lanjutan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.